"Nya? Nggak di makan nasi gorengnya?" Tanya mbok Narti.

Nadira menggeleng, "mbok, aku mau roti panggang," gadis itu menggigit bibir.

Mbok Narti tersenyum, "yasudah, mbok bikinin dulu ya..."

Nadira mengangguk antusias, "aku siap menunggu!" Serunya.

Mbok Narti cuma menggeleng geli dengan tingkah nyonya muda itu.

Beberapa menit kemudian, roti sudah matang. Nadira mulai makan dengan lahap.

"Nya...kalau boleh tahu, apa nyonya tidak mencintai tuan sama sekali?"

"Uhuk!" Nadira tersedak, dia mendelik pada wanita tua di depannya sambil minum, "mbok nanya apaan sih?" Engahnya.

"Ya nyonya kan sudah menikah dengan tuan. Masa kalian tidak mau menumbuhkan rasa gitu...biar akur. Tidur saja masih pisah, kalau gitu, kapan punya anak, Nya?"

Nadira mendelik.

Punya anak dengan Rillian? Itu sama saja dengan mimpi buruk!

Mbok Narti tersenyum, "saya dulu juga di jodohin, tapi punya anak lima, Nya."

Nadira menarik nafas panjang, "Mbok, itu masih zaman Siti Nurbaya," ujarnya.

"Loh? Yang salah di mana? Kadang orang tua itu selalu tahu mana yang terbaik untuk anaknya. Buktinya mbok dan almarhum suami mbok langgeng..."

Nadira diam.

Tapi bukan dia yang awalnya di jodohkan dengan Rillian. Dia bahkan tidak berniat merangkai hubungan perasaan dengan pria pencinta bisnis itu. Bisa-bisa, jika di pikirnya Nadira tidak lagi menguntungkan, pria itu bisa saja menikah dengan wanita lain yang lebih membawa untung.

Entah kenapa memikirkan itu membuat Nadira merinding dan juga marah.

Dia tahu Rillian menikah cuma karena bisnis!

"Dia punya pacar, mbok..." Lirih Nadira ketika mengingat ucapan Rillian ketika pertama kali dia tinggal di apartemen ini.

Mata mbok Narti membulat, "masa, Nya? Kok saya gak pernah lihat ya..."

Nadira mengangkat bahunya dengan lesu, "udah ah, mbok. Aku capek, mau istirahat."

Mbok Narti mengangguk, "yasudah, nyonya istirahat saja."

Nadira mengangguk, melenggang kembali ke kamar.

*****

Rillian memijat pelipisnya, lelah. Dia benar-benar lelah karena tidak tidur sama sekali. Belum lagi pekerjaan yang ada di atas meja. Semua membuatnya pusing, "kepalaku mau meledak," desisnya, membanting map dokumen begitu saja ke lantai.

Rillian meraih ponsel dan mencari nama kontak di buku telponnya. Gerakan scroll terhenti ketika menemukan satu nama.

"Sedang apa kamu di sana?" Bisik Rillian pada nama itu, tanpa berniat menelpon. Menarik nafas panjang, "konyol sekali aku ini. Sejak kapan aku jadi melankolis begini? Cinta itu bullshit!"

Rillian tidak percaya cinta. Sejak remaja. Sejak pacar pertamanya melakukan pengkhianatan, sejak itu pula hatinya dia tutup rapat. Tidak ada cinta dan ketulusan di dunia ini. Dua hal itu cuma omong kosong. Makanya dia tidak menolak perjodohan, selama itu menguntungkan, kenapa tidak? Keluarga Aurelie adalah salah satu keluarga terkaya di negeri ini. Menjadi bagian dari keluarga mereka, tentu sangat membantu untuk perusahaan yang baru berkembang milik Rillian. Meskipun saat ini sedang bermasalah karena keluarga itu, dia akan mencoba membuatnya kuat. Lebih kuat dengan backingan keluarga Nadira.

Rillian lebih mempercayai hubungan simbiosis mutualisme.

*****

Malam ini hujan turun dengan deras lagi. Nadilla terus memandang ke arah jam dinding. Sudah mau larut malam dan Dirly belum juga pulang. Dia di landa kecemasan karena pria itu.

"Kamu di mana...?" Dilla menggenggam ponselnya dengan erat, dia sudah menghubungi Dirly berkali-kali. Tapi nomornya tidak aktif.

Setelah lewat tengah malam, Dirly pulang. Terlihat lelah dan kuyu juga basah.

"Dirly, kamu darimana saja?" Tanya Dilla.

Dirly menggeleng lemah, merebahkan diri di kasur lipat tipis, "cari kerja tambahan. Mau pulang, malah ujan. Jadi nunggu agak reda," katanya.

Dilla mendesah lega, "aku cemas," dia duduk di sebelah sang kekasih.

Dirly mengusap pipinya, "maaf ya bikin kamu cemas. Ponselku hilang, jadi susah buat hubungi kamu," katanya.

Dilla berusaha tersenyum, "yang penting kamu udah pulang dengan selamat," bisiknya.

Dirly memeluk gadis itu, "terimakasih udah mencemaskanku."

"Karena aku mencintaimu, kamu tahu kan?" Sahut Dilla.

"Aku tahu," bisik Dirly.

Dilla berharap, semua kesusahan ini agar segera berganti dengan kebahagiaan. Dia selalu berdoa pada Tuhan agar hubungannya dan Dirly selalu baik-baik saja.

*****

TBC

11122019

Pengantin PenggantiOnde as histórias ganham vida. Descobre agora