38. kesenangan bersama

38 2 0
                                    


Happy reading.

.
.
.

Esoknya....

Rima turun kebawah dengan membawah buku gambar beserta dokumen dokumen pekerjaan.

Suasana pun sangat sunyi, di tambah lagi adik adik anan semuanya ikut staditur sekolah, dan mereka baru pertama kali mengikuti kegiatan staditur sekolah.

Rima duduk di taman belakang, meletakan semua yang hanya dia bawah di atas meja. Rima memandang kolam beserta bunga bunga yang berada di taman belakang.

Tatapannya begitu kosong seakan dirinya tak melihat apa yang ada di depannya.

'kenapa dirinya baik padaku? Padahal aku tak pernah layan semua yang dia ajukan padaku..... Kenapa berada di dekatnya pun, aku meresakan ketentram, layaknya dirinya dan aku sudah lama saling mengenal?'

'tanda tanda apa ini ya allah? Apa yang sebenarnya kau mau dari aku dan dia? Berilah hambamu ini petunjuk, berilah hamba mu ini tanda tanda yang engkau mau dari ku...'

Rima memandang langit yang cerah, awan awan yang indah menghiasi sisi langit.

......

Di sisi dapur, umi anan memperhatikan sikap rima yang beberapa terakhir terdakang menyendiri, di tambah lagi dirinya mencoba memanggil rima dengan sebutan rina. Tapi, rima bilang itu bukan rina, melainkan dirinya sendiri rima.

Ketika umi anan bertanya, apa ada masalah serius. Rima hanya tersenyum dan menjawab semua tidak apa apa, bukan masalah pekerjaan melainkan masalah pribadi.

Jadi umi anan hanya diam saja, dirinya sangat menyayangi rima layaknya anak sendiri. Bahkan selama tinggal bersama rima, dirinya selalu di manja oleh rima seperti ibu kandung sendiri.

"ada apa dengan rima? Apa masalah yang membuat dirinya selalu diam?, mudah mudahan saja tidak ada masalah serius, aamin..." umi anan terus memperhatikan rima.

Umi anan mengambil kue yang dirinya buat kemarin dan minuman, lalu menaruhnya di atas piring. Umi anan mendekati rima dengan kedua tangan nya membawah satu nampan berisi beberapa iris kue dan satu gelas minuman coklat kesukaan rima.

"assalamualaikum... Umi ganggu gak?" tanya umi anan meletakkan nampan itu di atas meja.

Rima menoleh dengan ekspresi terkejut, dan tersenyum menyingkirkan beberapa dokumen di atas mejanya.

"gak kok umi"

"alhamdulillah kalau enggak" syukur nya.

Rima tersenyum, lalu memandang langit kembali.

Umi anan hanya memandang apa yang rima pandang.

"pagi ini langit sangat indah, tak seperti biasanya. Cerah, banyak awan, dan angin" tutur umi anan di selah selah keheningan.

Tapi rima tetap diam memandang langit.

"tapi tak selamanya langit yang cerah itu akan ada, pasti akan ada mendung, akan ada badai, bahkan hujan. Seperti itu juga suasana hati... Kadang senang, kandang sunyi, kadang sedih, kadang marah. Semuanya hanya kita yang bisa mengontrol hati sendiri." umi anan memandang rima.

"begitu juga dengan umi, walaupun umi sudah tua.. Terkadang umi juga pengen sendiri kayak rima sekarang. Tapi ingat jangan berlarut larut, umi tau kalau sekarang rima mungkin sedang bimbang. Kalau anak muda sekarang bilangnya galau."

Rima terkekeh sebentar mendengar kata kata terakhir yang umi anan lontarkan.

"bener kan? Atau umi salah?" tanyanya ketika melihat rima terkekeh.

Ku Bahagia Karnanya. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang