34.

28 1 0
                                    


Heppy reading.

.
.
.

"kalau sekarang, apakah akau boleh berteman dengan ku?" tanya rima. Ketika dirinya sudah menceritakan apa yang sudah dia lalui ketika bersama ammar.

"aku akan berteman denganmu, tapi jika kamu mau? Maukah berteman dengan denganku seumur hidupku? Menemaniku di hari tua nanti, memberikan setiap kebahagiaan yang Insyaallah aku akan berikan padamu, rima. Mau kah kau menikah dengan ku? Dan menjadi ibu untuk anak anakku nanti?" tanya alvin yang sudah setengah berjongkok.

Rima hanya diam, "apakah sebegitu besarnya perasaanmu padaku, al?" tanya rima.

"ya, tapi jika kau butuh waktu... Aku akan menunggu waktu itu akan tiba" alvin tersenyum.

"bagaimana?" tanya alvin.

Rima diam, lalu menatap alvin dengan tatapan mencari sesuatu yang ternyata tidak ada kebohongan yang didapannya, hanya ada tatapan cinta yang begitu besar.

"bagaimana nanti jika cintamu akan berkurang suatu hari nanti?" tanya rima.

"aku akan mencoba mencintaimu lagi, sampai aku sendiri yang akan terus mencintaimu seutuhnya, tidak ada wanita lain, tidak ada nama orang lain yang di hatiku nanti" kata alvin.

"bagaimana? Apakah kau menerima lamaranku?" tanya alvin lagi.

Rima mengangkat kedua alisnya, "kau melamarku?" alvin mengangguk mantap. "tapi di tanganmu tidak ada cincin yang akan kau pasangkan di jariku"sindir rima.
Alvin terkekeh.
"cincinnya nanti saja, ketika acara pengesahanmu sebagai istri nanti tiba" jawab alvin seadanya.

Rima memukul tangan alvin pelan. "ternyata dokter Alvin Bima Qhomandar sangat lah pelit, aku baru tau itu" ucap rima. Alvin mendenger itu hanya tersenyum lebar, langsung membawah rima pada pelukannya.

"bagaimana hmm? Kau belum menjawab pertanyaan ku?"bisik alvin di telingah rima.

Rima mengangguk pelan.

Alvin menyadari itu, memeluk rima semakin erat lalu mencium kepala rima pelan.

"terima kasih ya allah, akhirnya penantian ini tiba.... " ucap alvin sedikit keras.

Setelah itu mereka bercanda layaknya sepasang remaja yang memaduh kasih sayang. Candaan dan suara tawa menyelimuti mereka bersama.

....

Di lain sisi.

Seorang pria duduk dengan raut wajah yang sangat tidak bisa di katakan baik.

Raut wajah yang begitu sedih, kecewa, marah. Semuanya ada saat ini.

Dirinya memandang foto sang wanita yang tadi dia lihat di dekat parkiran butik.

Awalnya ingin menemui karena pekerjaan, tapi dia tidak bisa membohongi lagi tentang perasaannya, walaupun sang wanita sudah menolaknya dengan keras tapi dirinya sangat tidak rela bila sang wanita sudah ada dengan pria lain.

Dia adalah Karim Ahmad. Yang biasanya di panggil kem. Seorang pengusaha restoran yang bekerja sama dengan rima dan membantu rima mengawasi restorannya di berbagai kota. Seorang asisten, orang kepercayaan, sekaligus teman. Yang tak sengaja jatuh hati pada rima.

Hatinya selalu nyaman sama rima, bagi kem, rima tidak memandangnya dari segi fisik atau prilakunya yang seperti perempuan.

Kem menghela napas berat.

"di katakan handsome??....handsome juga. Mau dikatakan kaya?... Cukup. Mau dikatakan baik??...baiikkk sangat. Mau di katakan gagah???..........."gumam kem. Lalu diam tak mampu menjawab pertanyaan terakhirnya sendiri.

Ku Bahagia Karnanya. (TAMAT)Where stories live. Discover now