Ledakan keriuhan terjadi. Orang-orang berdebat, berbagi kepanikan, dan berdiskusi dengan anggota kelompok mereka. Sementara aku hanya diam. Membisu dalam ketidaksabaranku atas kompetisi ini. Aku sudah tahu kelompok mana yang akan kutantang. Dan aku cukup percaya diri hari ini, sebab hari-hariku ke belakang hanya diisi oleh belajar, belajar, dan belajar.

Layar-layar auditorium menampilkan foto-foto kelompok dengan acak dan cepat, sampai aku kesulitan melihat wajah-wajah mereka. Tentunya kalau ada foto tunggal, itu adalah aku.

"Gateral hanya akan meloloskan kelompok-kelompok yang menang. Dan mereka yang kalah akan dikeluarkan."

Jadi inikah ketentuan rahasia yang dulu disampaikan Giona dan Hasegawa? Kami saling menantang dan beradu satu sama lain untuk mengusir teman kami sendiri? Pendidikan macam apa ini? Belum lagi kalau sekelompok dengan yang bodoh, yang pintar akan terkena imbasnya. Rasanya kurang adil.

Ketidaksetujuanku dengan teknis examen ini tak menyurutkan semangatku sama sekali. Jika aku bersikeras mengajukan tantangan yang kurencanakan, dan ditertima, aku atau mereka pasti akan keluar dari Gateral. Napasku seketika menjadi berat, ini bukanlah keputusan yang mudah. Namun, aku harus melakukannya. Demi diriku sendiri. Mereka sendiri yang menyulut duluan. Kalau aku tak dipandang sepele, aku tak akan berambisi mengalahkan orang lain.

"Baiklah, sekarang buka aplikasi Gateral di jam tangan pintar kalian, dan tantang kelompok mana pun yang kau mau dalam waktu 2 menit dari sekarang!"

Auditorium kembali riuh, bahkan lebih riuh dari sebelumnya. Mereka semua berdiskusi, beberapa ada yang ribut, bahkan berdebat sengit dengan anggota kelompoknya masing-masing hanya karena persoalan sepele—penentuan lawan. Aku membenci kegaduhan ini, tetapi kucoba untuk tak memedulikannya. Telunjukku mengetikkan satu nama di kolom pencarian. Aku menemukannya. Gabriella Jovanka Heesters. Nama yang tak akan membuatmu berpikir pemiliknya berasal dari Italia. Ada nama Guven dan Megan di bawahnya. Aku menekan tombol 'tantang' lalu muncul notifikasi, Tantangan Telah Disampaikan!

Dua menit berlalu dan jam tanganku dibanjiri notifikasi. Ratusan kelompok menantangku. Aku mendesis, menatap orang-orang penuh benci. Tak terima kalau aku dianggap sebagai lawan yang payah.

"Baik, aku sudah mendapatkan data."

Perhatianku kembali pada Andrion.

"Kelompok dengan tantangan paling sedikit, Kelompok Hasegawa Bara dan kelompok dengan tantangan terbanyak, Alexandra Jane, silakan maju ke podium ...!"

Aku tak tahu bagaimana caranya menjelaskan betapa aku amat sangat marah saat ini. Orang-orang bersorak seperti menertawakanku. Hasegawa Bara maju ke podium, diikuti Cazqi dan Giona. Aku tertegun ditempat, haruskah ketiga orang terbaik di masing-masing angkatan itu disatukan? Apa memang di sini, mereka hanya memilih orang-orang dengan otak sepadan untuk bekerja sama? Seperti halnya Gabriel?

"Alexandra Jane ...?"

Aku dipanggil lagi. Semua orang memandang ke arahku dan wajahku ditampilkan di monitor. Sialan. Aku berusaha maju ke podium dengan tenang, berdiri di samping Giona. Kulirik orang itu sekilas, tapi dia cuma tersenyum singkat. Dia pasti malu memiliki teman sepertiku. Pertemanan kami jadi terasa tawar. Mungkin karena akhir-akhir ini kami jarang bertemu. Jangankan di hari persiapan examen, di hari biasa saja Royal Class sangat sulit untuk ditemui. Mereka bersekolah di istana pribadi, Royal Hostel, bersama para profesor privatnya masing-masing. Terkecuali pada saat-saat tertentu di mana kelas mereka digabung dan di hari itulah aku bisa melihat mereka di kantin dari kejauhan. Pokoknya mereka itu jauh, tak tersentuh, sulit untuk diraih.

High School Examen [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora