"Kok langsung kebangun gitu?" Tanyanya geli sembari berjalan mendekatiku, "Tiduran aja nggak apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok langsung kebangun gitu?" Tanyanya geli sembari berjalan mendekatiku, "Tiduran aja nggak apa-apa."

Aku meringis, "Gimana kondisi Audy?"

Mike masih tersenyum, tapi lalu dia menghela nafas, "She's fine." Sahutnya dan segera memelukku, "Lo manis banget sih.." Ujarnya sambil mengetatkan pelukannya agar lebih kuat.

Apa dia tidak sadar bahwa perlakuannya padaku yang tiba-tiba ini juga tak kalah manis?

Tapi aku memilih membalas pelukannya, "Iya dong!" Sahutku pede, "Kok pulang-pulang langsung meluk? Kangen ya?"

Mike mengangguk, dan mencium puncak kepalaku, "Rasanya, bikin gue pengen nembak lo sekarang juga.."

Aduh! Apa-apaan sih!

Kalau begini, jantungku jadi meloncat-loncat tidak karuan kan..

Aku mendorong tubuhnya yang memelukku dengan pelan dan mencubit pinggangnya, membuatnya langsung mengaduh, "Apaan sih," Rutukku kesal.

Mike mengulum senyumnya seperti biasa, tapi lalu dia menyejajarkan wajahnya dengan wajahku, dan satu tangannya yang lain menepuk kepalaku, "Ada apa?" Tanya Mike sembari menatap mataku.

Aku tertegun akan pertanyaannya yang sederhana.

"Ada apa tadi? Saat lo bicara berdua sama Ken?"

Kenapa Mike bertanya begitu?

"Lo tau kenapa gue bilang lo manis?" Mike mengelus-elus puncak kepalaku, "Manis banget menurut gue saat lo nutupin kekesalan lo dengan senyuman."

Aku jadi tersenyum, "Gue lupa kalo lo detektif banget ya?" Lalu aku menghela nafas, "Jadi kalo menurut penerawangan lo, kira-kira apa yang sudah terjadi?"

Mike menghela nafas dan menarik tubuhnya dariku secara bersamaan, "Dia ngajak lo balikan?"

Aku mengangkat bahu, "Mungkin. Toh, udah gue tolak mentah-mentah kok."

Aku jadi salah tingkah tatkala Mike memperhatikan wajahku begitu serius.

"Berarti.. gue masih boleh ada.. harapan?" Tanya Mike tampak begitu ragu.

Loh, kenapa malah jadi dia yang salah tingkah begini?

Duh, dan mana mungkin sih aku bisa menjawab tidak pada dirinya yang bertingkah manis begini?

"Iya.."

* * *

Mike's POV

Aku benci fakta bahwa aku harus meninggalkan Claudy barusan hanya bersama dengan Ken. Tapi aku tau, keduanya perlu bicara, aku tidak mau menjadi seseorang yang egois dan menghalangi kepentingan orang lain akibat kecemburuanku semata.

Mendengar jawaban Claudy, hatiku terasa lebih lega.

Sebetulnya, aku hanya perlu mendengar jawabannya. Itu saja sudah cukup.

Tapi, wajah didepanku ini malah cengar-cengir tidak jelas sesudah menjawabku.

"Kenapa?" Tanyaku tidak mengerti.

Cengiran Claudy makin lebar, "Jealous ya?"

Aku mencibir dan menjitaknya, "Pake nanya lagi," Gerutuku sembari balik badan dengan kesal.

"Ihhh, ngambek ya? Uuu manis amat ini!" Claudy buru-buru menarik lenganku dan makin senyam-senyum tidak jelas, aku juga makin cemberut saja karna kesal dengan ledekannya, "Sini-sini, jangan ambek dong."

Aku mencondongan wajah dan tubuhku secara tiba-tiba kehadapannya hingga hidung kami saling bersentuhan, "Alem gue dong..." Godaku seraya menahan senyum.

Duh. Tapi Claudy ini terlalu manis. Wajah meronanya saat berdebar yang tidak pernah mampu untuk ditutupi terlihat imut banget. Membuatku selalu ingin mencium pipinya yang memerah itu.

"Clau,"

"Ya?"

"Gimana kalo akhir bulan ini setelah ujian, kita liburan?"

* * *

Daniel's POV

"Tapi.."

Aku mengelus puncak kepala Elin dan merangkulnya, "Bener kata Ken."

Elin mengangguk, "Memang sejak waktu itu, walau Claudy nggak pernah menjauh ataupun menghindar, dia mulai batasin jarak diantara kita secara perlahan, Niel.."

"Makanya kan.. Kita memang harus liburan bareng atau seenggaknya kita harus lebih sering ngumpul. Sebelum semuanya semakin berjarak.." Jelasku, "Lin, biar gimanapun, Claudy sahabat aku sejak kami semua baru lahir, aku juga nggak bisa biarinin dia begitu aja. Belakangan ini, kondisinya nggak gitu baik, tapi aku yakin Mike bisa jaga Claudy. Mungkin ini waktu yang tepat agar hubungan semuanya membaik.."

Elin mengangguk lagi, "Dan.. gimana soal Ken?"

Aku menghela nafas, "Mungkin akan agak sulit, selama Claudy masih punya perasaan sama Ken, dia akan sulit buat maafin Ken. Tapi lain halnya kalau,.." Aku seperti tersadar akan ucapanku sendiri, "Menurut kamu, Claudy dan Mike gimana, Lin?"

"Ahhh.. Kalau itu sih.. Aku dukung banget! Mereka cocok banget tau, Niel!" Muka Elin berubah kepo dan jail banget, "Jujur ya, menurut aku, Claudy lebih cocok sama Mike ketimbang Ken. Liat mereka berdua rasanya adem gitu loh. Mike perhatian banget sama Claudy, setiap detailnya kayak terlihat sangat penting buat Mike, cocok sama sifat Claudy yang lebih perhatian dengan sekitarnya ketimbang dirinya sendiri. Sementara kalau Claudy sama Ken, rasanya keduanya terlalu menggebu-gebu satu sama lain, makanya mereka nggak pernah anteng dalam waktu lama."

Aku tersenyum, "Aku setuju sih soal itu.. Tapi, aku juga kenal banget sama Ken, Lin.. Dari dulu, dia paling deket sama Claudy, walau ceweknya dimana-mana, ujung-ujungnya dia akan selalu lebih pilih Claudy.."

"Jangan lupa, kemarin dia pilih Audy si cewek nggak jelas itu loh, Niel.." Ucap Elin mengingatkan, "Ken itu masih terlalu emosional dan kadang belum bisa ambil keputusan yang tepat."

"Iya sih.." Aku juga tidak bisa mendebat kesalahan Ken yang satu itu. Masalahnya bukan hanya karna kandungan Audy, aku tau Ken juga sempat memiliki perasaan pada gadis itu.

"Pokoknya, kita harus reuni dulu deh, Niel!"

Iya, betul.

Kami tidak bisa membiarkan segalanya terpecah belah seperti ini.

SEX APPEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang