"Aku bukan mengintip. Agak kesusahan membuka pintu ini."

Natasya memalangi jalanku dengan stik golf. "Kau Jane, 'kan? Mengapa tiba-tiba ke sini?"

Aku menghela napas, mendorong stik golf itu jauh-jauh. "Ada perlu dengan Giona. Biar cepat, tolong tunjukkan dia di mana!"

Natasya dan Yuri saling pandang. Tampaknya mereka tak percaya.

"Aku serius. Aku bahkan sampai di sini diantar sopirnya."

Akhirnya mereka membiarkanku masuk dan menyuruhku menunggu Giona di teras belakang hostel. Syukurlah, teras itu menjauhi kumpulan para anggota Royal Class. Kakiku melangkah panjang-panjang agar cepat tiba di teras sebelum orang-orang itu menyadari kedatanganku dan yang terpenting sebelum singa putih yang menyeramkan itu melihatku.

Aku sampai di depan teras granit dengan lima anak tangga yang memisahkanku dengan pintu belakang. Derit pintu raksasa yang penuh ukiran itu membuatku kaget. Pintu terbuka lebar. Beberapa anggota Royal Class keluar dan berdiri memperhatikanku. Agak kaget mendapati mereka memakai seragam Gateral di malam hari seperti ini. Mereka kelihatan superior dengan formasi berjajar yang membuatku merasa diintimidasi. Sedetik mereka saling pandang lalu satu per satu bubar menuju halaman. Mereka berpencar entah akan ke mana. Hanya senior berambut kemerahan dan senior berkulit hitam manis yang masih berdiri di depanku.

"Tamunya Giona?" tanya si rambut merah dengan sebelah alis terangkat. Di jasnya tertulis Raquella Kent. Sementara yang satunya lagi Amanda Joe.

"Ya. Di mana dia?" Aku naik ke teras.

"Di kolam air panas. Dia baru saja selesai latihan memanah," jawab Amanda ramah.

Sementara, Raquell menatapku tak suka dan berkata, "Baik sekali Giona sampai meminta izin agar kamu bisa masuk ke tempat eksklusif ini. Kamu senang?"

"Ini hanya hukuman." Giona mengambil alih sebelum aku sempat menjawab. Gadis itu datang membelah posisi Raquell dan Amanda. Ia berdiri di tengah-tengah dengan setelan piyama biru tua. Rambut pirang gelapnya yang bergelombang dibiarkan terurai. Wajah segarnya menandakan ia memang baru saja selesai mandi. Ini pertama kalinya aku melihat dia tanpa seragam Gateral. Tampak natural, dan entah versi ini atau versi formal yang aku suka. Aku merasa tidak waras memikirkan ini. Akhir-akhir ini aku sering berkhayal menjadi dirinya—dipuja, dihormati, diinginkan. Tak peduli kau membosankan dan menyakitkan—sikap Giona kurasa begitu—orang-orang akan tetap mencintaimu.

"Kau sudah selesai lagi?" Amanda heran. "Kukira kau baru saja selesai latihan."

"Sudah dari tadi, kok." Giona tersenyum tipis.

Senior berambut merah itu kembali menatapku. "Kau kenapa diam saja? Terlalu senang, ya, bisa merasakan sensasi menjadi anggota Royal Class?"

Hei. Apakah dia tak senang aku ada di sini? Nada bicaranya menyiratkan itu.

"Biasa-biasa saja, sih," jawabku malas.

"Cih! Dasar gengsian! Begini, sebelum masuk, jawab dulu pertanyaanku. Kalau gagal, kau harus angkat kaki." Raquell tersenyum miring. "Bagaimana, Giona? Hanya saja, dengan syarat kau juga harus ikut menjawab." Dia beralih menatap Giona. Sementara orang yang ditanya malah bersandar malas di tiang raksasa sembari melipat tangan dan menjawab 'boleh'.

Raquell menunjuk Amanda untuk memperhatikanku sementara ia akan memperhatikan Giona.

"Oke. Jane, sebutkan 200 digit pertama bilangan pi bersamaan dengan Giona yang menyebutkan 200 digit pertama bilangan euler!"

High School Examen [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang