[45] Cinta Tahajud

Start from the beginning
                                    

Sebelum tidur, tak lupa pula ia mengamalkan rutinitas sebelum tidurnya.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).

Setelahnya, Marsya lantas tidur. Dalam hati, ia juga sedikit berdoa tentang hal yang menjadi beban pikirannya.

Ya Allah.. Berilah aku seseorang yang bisa menuntun hamba menuju Jannah-Mu. Berikan hamba seorang imam yang bertanggung jawab, serta iman yang kuat. Ya Allah, jika rasa yang hamba punya untuknya tak Kau ridhoi, maka hapuskanlah. Bila kita memang berjodoh, persatukanlah kami kembali. Dan bila tidak, hilangkan rasa ini, cabut rasa ini sampai ke akar-akarnya, Ya Allah.. Aamiin..

Mata Marsya pun mulai mengatup bersamaan dengan selesainya doa yang ia panjatkan dalam hati.

°°°

Marsya terbangun dari mimpinya. Ia menepuk-nepuk pipinya dengan tatapan sulit diartikan.

"Dia lagi? Kenapa gue mimpi dia lagi? Ahh... Apa maksud semua ini?" Ucap Marsya lirih.

Ia lantas bangun dan menuju kamar mandi. Ia membasuh mukanya, lalu menatap dirinya di depan cermin.

"Apa yang gue mimpikan semalam adalah petunjuk? Tapi, kenapa.. Akkh! Tauk deh!" Marsya mengusap wajahnya kasar. Lalu ia segera menyucikan diri untuk melaksanakan shalat Tahajud.

Selepas wudhu, Marsya menggelar sajadah dan mengenakan mukena putihnya. Entah mengapa pikirannya kembali pada masa lalu yang membuat Marsya terbenam di antara awan hitam.

Flashback On

"Sya! Bangun! Waktunya Tahajud!"

"Apaan sih! Masih ngantuk gue!"

"Katanya semalem mau Tahajud, biar hafalannya makin kuat. Ini kok malah ngebo mulu! Bangun, cepetan!"

Marsya pun bangun dengan terpaksa. Dikuceknya sepasang mata indahnya yang masih lengket.

"Wudhu sana, gih! Biar ga ngantuk,"

Bawel kali orang ini, Batin Marsya. Siapa lagi yang dimaksud jika bukan Akhlan.

"Iya, iya! Ini juga mau wudhu!"

Flashback Off

Marsya tersenyum getir. Selalu saja memori masa lalunya datang di saat Marsya berusaha melupakannya.

Ah, dia. Marsya saja tak berani mengucapkan namanya. Takutnya, Marsya akan kembali terpuruk setelah menyebutkan nama dia.

Marsya segera mengusir pikiran-pikiran menjengkelkan itu. Ia pun mulai mengangkat kedua tangannya sembari menyebut asma Tuhannya.

"Allahu Akbar,"

Malam kali ini begitu membuat Marsya rapuh. Entah karena apa itu. Ia rasa langit dan bumi pun turut prihatin dengan perasaannya. Perasaan yang bimbang antara menerima, dan melupakan.

Setelah melaksanakan delapan rakaat Tahajud, dan tiga rakaat witir, Marsya mulai beraksi tuk mengadu rasa kepada Sang Pemilik Rasa, Tuhan yang selama ini memberinya kesempatan hidup di dunia.

"Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim.. Hamba hanyalah seorang manusia yang lemah, dan bergelimang dosa. Ampuni segala kesalahan hamba di masa lalu, dan yang telah terjadi. Ya Allah, Yang Maha Pemberi Rasa. Jauhkanlah hamba dari rasa yang tak Engkau ridhoi. Jauhkan hamba dari yang haram, dan lindungi hamba dari keburukan. Ya Hayy, Ya Qoyyum.. Hadirkan lah seorang imam yang terbaik untuk hamba. Jadikan dia penuntun hamba untuk menggapai surga-Mu. Ya Rabbi, jika dia yang selama ini hamba sebut di setiap sujud malamku bukanlah yang terbaik untukku, hiks.. Hapuskan lah perasaan ini, Ya Allah.. Hamba tak ingin terus menerus berada dalam harapan yang terus terombang-ambing. Allah, hiks.. Kuatkan hamba, berilah hamba petunjuk. Pilihkan lah yang terbaik untuk hamba. Ya Allah, Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, kabulkan lah doa hamba, Aamiin, aamiin ya rabbal'alamiin.."

Marsya membelai wajahnya dengan telapak tangan yang basah dengan air mata. Dadanya sesak, kala memorinya masih setia memikirkan 'dia'. Ia memejamkan matanya, berharap ketenangan bisa menyelimuti dirinya.

Hai, pengganggu pikiranku. Kau merasakan doaku?

°°°

Hari masih pagi. Ba'da Subuh pun belum usai. Udara memang masih segar, tapi tidak untuk Marsya.

"Assalamu'alaikum, ma, pa!" Salam Marsya sambil menutup pintu kamar orang tuanya.

"Wa'alaikumusalam," Jawab Elisa dan Ahmad.

"Ada apa, Sya?" Tanya Elisa.

Marsya langsung duduk di antara kedua orang tuanya. Ia mengambil napas panjang, dan menghembuskan perlahan.

"Ma, pa! Marsya terima anak Tante Dena jadi imam Marsya,"

----------------------
To Be Continued

Spoiler:

"Nah, Marsya. Ini Tante Dena," Ucap Elisa memperkenalkan.

Marsya yang sedari berjalan tadi menunduk, mengangkat kepalanya dan melemparkan senyum pada seorang wanita seumuran mamanya.

Saat mendongakkan kepalanya, tanpa sengaja Marsya bertatap mata dengan seorang lelaki di samping Dena.

"Varel!//Marsya!"

Sabtu, 7 Desember 2019

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Where stories live. Discover now