[11] Keputusan

1.2K 81 1
                                    

Happy reading ❣️

Di sebuah cafe di sore hari ...

"Nih!" Ucap Marsya memberikan kertas soal kepada Akhlan.

Akhlan langsung mengambil kertas itu dan langsung memastikan bahwa jawaban Marsya salah.

"Salah." Ucap Akhlan kembali menyodorkan kertas soal kepada Marsya.

"Aarhh... Dari tadi salah mulu sih! Kepala gue ampek jedeng nih! Lo sengaja nyalahin jawaban gue kan?!" Ucap Marsya kesal.

Mungkin sudah hampir 9 kali Marsya gagal menjawab soal yang diberikan Akhlan.

"Hahh... Udah deh, karna lo begonya kebangetan, mendingan balik ke paud sono!" Balas Akhlan.

"Lo jadi orang kok sombong banget sih!"
Marsya menggebrak meja di cafe tempat ia belajar. Ralat! Bukan belajar, tapi ngedumel tidak jelas.

Untung cafe waktu itu tidak terlalu ramai.

"Auk deh. Lo udah buang sejam gue. Mendingan gue pulang ketimbang ngajarin elo yang begonya kaya badak baru lahir. Bye!"
Ucap Akhlan dingin lalu berdiri sambil menenteng tasnya di pundak kanan.

"Eh! Lo ngatain gue apa! Badak baru lahir?
Asal lo tau! Setidaknya gue lebih baik ketimbang lo yang yang dinginnya di bawah -100° Celcius!! Bye!" Balas Marsya lalu memasukkan buku-bukunya sembarang. Yang ada dipikirannya saat ini hanya kesal kepada Akhlan.

"Mendingan gue ketimbang elu yang kaya Tarzan yang kerjaannya cuma teriak-teriak. Udah gitu pas banget sama busananya Tarzan." Balas Akhlan agak jauh dari Marsya dengan sinis. Namun Marsya masih samar-samar mendengarnya.

"ONTELLLL!!" Teriak Marsya sambil menendang kursi yang didudukinya cukup keras. Semua orang yang di sana pun melihat ke arahnya. Sampai-sampai pemilik cafe pun naik pitam dibuatnya.

Marsya tidak peduli. Ia menyeret tasnya yang jatuh lalu keluar dari cafe itu dengan merah padam.

Akhlan sudah pulang mendahului Marsya.
Ia mengendarai motornya dengan perasaan tak menentu. Ia merasa lebih lega ketimbang di cafe bersama Marsya. Karena sedari tadi jantungnya berdetak kencang, mungkin 2-3 kali dalam sedetik.

Sedangkan Marsya tengah berada di taksi dengan wajah kesalnya. Ia sungguh tak ingin lagi bertemu dengan Akhlan.

°°°°°

"Assalamualaikum.." Ucap Akhlan dingin seraya membuka pintu rumah.

"Wa'alaikumusalam. Baru pulang, Nak! Kemana aja?" Selin menjawab salam Akhlan dan mengulurkan tangannya untuk Akhlan cium.

"Abis dari cafe." Jawab Akhlan.

"Ooh.." Selin pun hanya mengangguk.

"Papa dimana mah?" Tanya Akhlan.

"Ada di kamar. Kenapa?"

"Eummm .. gakpapa ko. Cuma nanya. Akhlan ke atas dulu, Mah!"
Ucap Akhlan.

"Oh iya! Kenapa kamu seperti kesel begitu? Abis diporotin lagi?" Tanya Selin curiga.

"Ah, enggak mah!"

"Hmmm ..." Selin hanya bergumam.

"Akhlan kok jadi agak kesel yah! Kira-kira siapa yang bikin Akhlan kaya gitu? Padahal semenjak dia lahir, wajahnya selalu beku terus. Siapapun itu, aku pasti sangat bersyukur. Aku harap, cewek yang dijodohkan sama Akhlan bisa buat Akhlan berubah. Aamiin..."

Selin membatin seraya tersenyum melihat anaknya yang tengah menaiki tangga.

°°°°°

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Where stories live. Discover now