[30] Hijrah

1K 56 0
                                    

Assalamu'alaikum, sahabat setia KISPA 😚
Gak terasa udah sampe bab 30.😰
Padahal niatnya pengen diulur²😂
Ya, karena aku udah gatel pengen ganti cerita yang baru😌
Tapi KISPA tetep jadi prioritas kok😍
Ada yang sama kaya Marsya kisah hijrahnya?🌝
Langsung baca aja biar terjawab semua rasa penasaran nya 📖
(Sorry for typo(s))

Happy reading ❣️


"Nah! Ambil ini aja yang cakep!" Syifa mengayun-ayunkan gamis berwarna maroon.

"Dari tadi lo gitu mulu. Emang dari sananya Marsya pantes pake apa aja." Ketus Leva.

"Ya maksudnya yang ini lebih jos gitu loh! Gimana sih lo!"

"Udah, jangan berantem aja. Harusnya Marsya pilih sendiri." Sanah menengahi perdebatan kecil antara Syifa dan Leva.

"Noh! Dengerin Sanah!" Leva memukul lengan Syifa dengan jaketnya.

"Eleh!" Syifa melipat tangan di dada kesal.

"Gue sih terserah. Yang penting sesuai target hijrah." Ucap Marsya.

"Ya udah, ini aja! Sekarang tinggal kita tanyain hijabnya. Yok!" Syifa berjalan menuju perempuan tinggi dan terkesan cukup dewasa.

"Mbak hijab yang sesuai ini ada?"

"Oh, ada dek! Ayo mbak carikan!" Balas perempuan itu.

Marsya dkk lantas membuntuti perempuan itu. Perempuan itu memilih hijab yang sangat pas untuk Marsya. Selain itu, dia juga mencarikan tambahan lainnya. Seperti hijab dalam, kaus kaki, dan handsock.

"Makasih mbak, sudah membantu." Ucap Sanah sembari menerima paperbag berisi gamis Marsya.

"Iya, sama-sama. Tidak usah sungkan-sungkan." Jawab perempuan itu.

Setelah gamis dibayar, mereka lantas keluar toko baju muslim itu dengan senang, terutama Syifa.

"Cepet! Kita ke rumah Marsya aja yang deket. Lalu kita dandanin Marsya biar gak kaya peri tomboi!" Ucap Syifa dengan semangat.

"Gue laper. Pulang sekolah langsung ke sini, lo gak laper?" Ucap Leva.

"Aku juga belum makan siang. Kita cari makan dululah, Syif. Daripada sakit nanti." Timpal Sanah.

"Gue juga laper. Kuylah, cari makan!" Imbuh Marsya pula.

"Yahh... Gue juga laper, sih! Tapi.."

"Udah, itu nanti aja! Kita makan dulu!" Potong Marsya lalu menyeret Syifa tuk berjalan berdampingan.

Mereka memilih masuk di restoran yang tak terlalu jauh dengan toko. Setelah memilih menu, makanan pun datang. Syifa memakan pesanannya dengan sedikit tergesa. Mungkin karena ia tak sabar ingin segera mendandani Marsya.

"Udah!" Syifa mengangkat sendok dan garpunya. Piringnya bersih tak ada sisa.

"Buset! Lo emang doyan apa laper sih?" Leva tak habis pikir dengan Syifa.

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Where stories live. Discover now