[42] Berpisah Secara Sah

1K 49 8
                                    

Happy Reading ❣️




"Gue—"

"Gue saudaranya Marsya." Jawab Akhlan berkeringat dingin.

Saudara suami istri maksudnya. Imbuh Akhlan dalam hati.

"Saudara sepupu atau saudara jauh?" Tanya Leva tajam.

"Saudara jauh," Balas Akhlan.

"Hah? Saudaranya Marsya? Kok Marsya gak pernah cerita sama gue, ya?" Syifa sedikit terkejut dengan jawaban Akhlan.

"Serius lo? Terus lo di rumah ini sama siapa selain Marsya?" Tanya Leva mengintimidasi.

Aduh.. Gue bakal bilang gimana..

"Anu.. Sam– sama.. "

"Tapi Marsya pernah bilang kalau di rumah ini sama keluarganya. Atau orang tuanya Marsya lagi gak di rumah lagi, ya?" Sanah yang penasaran pun turut bertanya.

Mampus lo, Lan!

"Aa... Marsya pindah rumah sama orang tuanya. Terus gue kemarin nginap di sini. Niatnya rumah ini mau dipake buat acara keluarga doang, sih." Balas Akhlan yang susah payah mengucapkannya.

"Oh, gitu. Tapi Marsya pasti baik-baik aja kan?" Tanya Syifa.

"Kemarin lo nyariin Marsya, kan! Lalu lo udah temuin dia gak?" Imbuh Leva.

"Udah, kok.. Dia baik-baik aja. Terus semalem pulang ke rumah bareng orang tuanya." Alibi Akhlan.

"Alhamdulillah.." Ucap Sanah dan Syifa.

"Syukur deh kalo gitu."

"Kalian gak usah khawatir sama keadaan Marsya. Mending kalian balik ke sekolah aja deh," Ucap Akhlan.

Syifa, Sanah dan Leva yang mendengar ucapan Akhlan pun merasa aneh sendiri.

"LOH! Kok lo gak sekolah?!"

°°°

Di sinilah keluarga Marsya dan Akhlan berada. Tempat di mana Akhlan dan Marsya mendapat buku nikah, dan tempat akan mendapatkan surat cerai.

Cerai? Allah tak menyukai perceraian. Namun, karena rasa gengsi antara Akhlan dan Marsya membuat mereka tetap menjalankan perceraian.

Setelah rencana mereka berjalan lancar, Akhlan dan Marsya hanya saling diam. Hanya pikiran dan hati mereka yang bicara.

Diam-diam terbesit rasa penyesalan yang luar biasa di hati keduanya.

Ya Allah, apakah Engkau membenci hamba karena hamba telah melakukan hal yang Engkau benci?

Akhlan dan Marsya berpikiran tak jauh berbeda. Keduanya sama-sama diam, dan sama-sama menyesalnya. Andai waktu itu tak ada amarah dan keputusan hasil amarah, pasti penyesalan tak pernah menjangkiti keduanya.

"Lis! Aku bukan mama yang baik, bukan?" Ucap Selin sebelum memasuki mobil hendak pulang.

"Kau tak liat aku? Aku lebih jahat kepada putriku sendiri." Balas Elisa dengan tatapan sendu.

Tak lain halnya dengan Ahmad dan Ustman. Mereka merasa gagal menjadi seorang ayah. Ternyata keputusan mereka tak melahirkan sebuah kebahagiaan di dalam pernikahan Akhlan dan Marsya, melainkan seperti sebuah penganiayaan.

Setelah kedua belah keluarga berbincang sebentar, kecuali Akhlan dan Marsya, mereka lantas bersiap untuk pulang.

Dari dalam kaca mobil, diam-diam Akhlan melirik Marsya yang berada dalam mobil pula.

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Where stories live. Discover now