[10] Konsekuensi

1.3K 79 0
                                    


Kalo skenario Allah gitu, ya gitu!

~Achmad Akhlan N.H.

Happy reading ❣️

"Sya! Sya! Hellooo!! Sya!?"
Sanah melambai-lambaikan tangannya diikat depan muka Marsya.

"........" Marsya masih setia dengan lamunannya.

"Woeee!!! Kalian di sini! Kenapa gak ajak-ajak?" Celetuk Syifa dan dengan lancangnya ia menepuk pundak Marsya cukup keras.

Marsya pun agak terkejut. Kemudian kembali dalam lamunannya.

Sanah menatap Syifa tajam.

"Apaan! Ni curut kenapa diam mulu! Di hukum guru BK lagi?"
Syifa pun duduk di samping Marsya.

"Eooooo......"
Syifa memegang dagu Marsya dan mengangkatnya.

"Heumm...." Syifa menaikkan alisnya mengetahui raut wajah Marsya yang berbeda.

"Sshhtt... Lo itu gak peka banget sih!"
Sanah menghempas tangan Syifa dari dagu Marsya.

"Kaya lagi drama Korea aja lu. Sok melas sok sedih sok-"

"Bisa diem gak!?" Ucap Marsya tiba-tiba sehingga membuat kedua sahabatnya terkejut.

"Lo kenapa, Sya! Kaya ga semangat buat hidup gitu!?" Tanya Syifa santai.
Sedangkan Sanah kembali menatap Syifa tajam.

"Bukan urusan kalian!"
Ucap Marsya kemudian lalu membenamkan wajahnya di meja.

"Sya! Kita itu sahabat. Sahabat itu tempat kita curhat. Karena menurut aku, sahabat adalah tempat curhat setelah Allah. Dan inilah manfaat sahabat. Kita harus terbuka sama sahabat sendiri." Jelas Sanah menasehati Marsya.

"Nohh... Dengerin tuh Bu Ustadzah."
Ucap Syifa lalu mendorong kepala Marsya hingga Marsya mendongakkan kepalanya.

"Issh... Syifa, itu kepala. Ga boleh digituin. Kepala itu tempatnya otak. Dan otak itu sangat penting buat tubuh kita. Jadi kita harus menghormati kepala."
Ujar Sanah menanggapi kelakuan Syifa.

"Hahh... Iya iya. Nih!!"
Syifa membalasnya dengan bosan, lalu ia hormat  tepat di depan Marsya.

"Bukan gitu maksut aku. Mak-"

"Iya iya. Gue juga paham kok! Gue cabut duluan, pesen makanan."
Ucap Syifa cepat memotong ucapan Sanah.

Sanah pun mengangguk.

"Jadi, kenapa Sya! Ada masalah apa?"
Lanjut Sanah.

Marsya pun mengangkat kepalanya.

"Eumm.... A-"
Marsya tercekat saat tatapannya bertemu dengan seorang pria yang baru saja duduk di kantin.

"Sya?" Sanah pun mengikuti arah pandang Marsya.

"Hah! Mak.. maksutnya apaan ini?..."
Ucap Sanah membatin.

Sanah agak terkejut. Pria yang sedang bertatapan dengan Marsya adalah Akhlan.
Sedangkan sepengetahuannya, Akhlan tidak pernah melirik perempuan sekali pun.

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang