[42] Berpisah Secara Sah

Start from the beginning
                                    

Sya! Bolehkah bila aku mengucapkan, aku menyesal telah menyetujui permintaanmu?
Kau salah bila menghiraukan ucapanku semalam. Aku bukan tidak betah bersamamu. Tapi aku merasa lebih baik kala bersamamu. Marsya, bolehkah kejadian semalam kita ulang? Aku ingin kamu mendengar semua penjelasan dariku. Marsya, aku menyesal. Sangat menyesal.

Marsya tengah berusaha menahan air mata agar tak jatuh. Dipejamkannya mata bulatnya, untuk menutupi rasa penyesalan yang kuat di hatinya. Jantungnya berdegup kencang, dengan dada yang sesak Marsya berusaha agar tak terisak.

Akhlan.. Gue gak paham. Sebenernya yang gue lakuin ini salah ato bener. Dan gue juga gak paham. Kenapa gue nyesel udah melayangkan gugatan cerai di antara kita. Gue, gue nyesel Lan! Tapi kalo dengan berpisah dengan gue lo bakal bahagia, gue pun berhak bahagia. Sampai jumpa, Akhlan. Gue harap setelah ini gue gak bakal bertemu lo. Karena gue gak mau lagi ngancurin hidup lo. Goodbye Akhlann..

°°°

"Hei! Kalian ngerasa gak sih, kalo Akhlan tadi bohong?" Ucap Syifa tiba-tiba.

"Syifa, gak baik mikir yang enggak-enggak," Ucap Sanah mengingatkan.

"Tapi kalo dipikir-pikir lagi, pernyataan Akhlan tadi pagi tu kaya dadakan banget. Apalagi Marsya juga ga pernah bilang kalo Akhlan itu sodaranya. Dan yang gue tau, selama ini Marsya sama Akhlan selalu jadi tom and Jerry di sekolah." Ucap Syifa sembari memegang dagunya.

"Sudahlah, enggak mungkin Akhlan berbohong. Dia kan selalu menjaga lisannya." Ucap Sanah dengan sedikit tersenyum.

"Tapi kan manusia juga bisa khilaf, San! Mungkin aja Akhlan beneran bohong pagi tadi." Ucap Syifa ngotot.

"Berhenti soudzon, San. Gak baik tau."

"Iya deh iya... Bu Ustadzah udah bersabda,"

°°°

Akhlan menarik selimutnya. Tak bisa ia tidur tenang barang sedikit pun.  Sejak kemarin malam, Akhlan selalu dihantui oleh bayangan Marsya. Membuatnya terus larut dalam jurang penyesalan.

"Astaghfirullahal 'adzim.. Maafkan hamba yang sudah banyak berbuat kebohongan ya Allah. Maafkan hamba yang memilih mempertahankan ego hamba daripada kecintaan hamba pada-Mu. Hamba bersalah ya Allah. Maafkan hamba-Mu yang lemah ini. Sesungguhnya hamba adalah orang yang paling rugi bila Engkau tak memaafkan hamba. Maafkan hamba Ya Allah.."

Bulir-bulir bening mulai jatuh membasahi pipi Akhlan. Dengan segudang rasa penyesalan, Akhlan terus mengucap istighfar dan menyebut asma Tuhannya.

Sampai pukul sepuluh malam, Akhlan baru bisa berhenti menangis dan segera membenahi hatinya. Ia sadar, bahwa penyesalan memang di akhir. Dan ia berjanji, ia tak akan mengulangi kesalahannya kembali. Dan bila Allah mengizinkan, ingin rasanya ia kembali bersama Marsya. Suatu saat nanti, atau saat di akhirat nanti.

Sedangkan di lain tempat, Marsya masih setia dengan bantal di pelukannya. Sedari usai makan malam, Marsya masuk ke kamarnya yang sudah lama tak ia tiduri. Lantas mencari posisi nyaman untuk meluapkan perasaannya.

"Akhlan malem-malem gini lagi ngapain, ya?" Marsya berucap tanpa sadar.

"Kalo biasanya malem-malem gini gue setoran, selanjutnya gue bakalan setoran sama siapa?" Lanjut Marsya lirih.

Tanpa Marsya sadari pula, air matanya jatuh dengan perlahan. Perlahan matanya memanas, lalu buram dan semakin buram. Sampai bantal yang ia peluk basah, barulah ia sadar bahwa ia menangis karena berpisah dengan Akhlan.

Bukan hanya berpisah, namun juga terhempas. Ia juga memutuskan untuk pindah sekolah, dan itu artinya ia akan semakin jauh dari Akhlan.

"Ya Allah.. Apakah hamba tak bisa bersama dengannya lagi? Sekarang tidak, tak apa. Tapi suatu saat nanti, izinkan hamba menemuinya, walaupun saat sudah tua, atau di akhirat nanti. Izinkan hamba menyapanya barang sepatah kata. Hamba menyesal, Ya Allah.. Hiks.." Dalam sunyinya malam, Marsya terisak. Untung kamarnya kedap suara. Lagi pula, orang tua dan saudaranya pasti telah tidur. Maka, ia bisa leluasa untuk menangis sepuasnya.

Tanpa Marsya ketahui, ada seseorang di balik pintu kamarnya. Samar-samar seseorang itu mendengar apa yang menjadi keresahan seorang Marsya.

Semoga keinginanmu dapat Allah kabulkan. Kamu berubah, Marsya. Dan aku yakin, Allah akan membalas semua penyesalanmu, dengan sesuatu yang kamu inginkan. Kuatkan imanmu, Allah bersamamu.

-----------------------
To Be Continued

Sabtu, 30 November 2019

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Where stories live. Discover now