"Aku sudah mendaftarkanmu ke kelas sekunder yang sesuai dengan pilihanku. Kau boleh mengikuti kelas melukis kalau tidak kelelahan, asalkan kau mengikuti kelas yang kupilihkan." Aku tersenyum miris. Ini baru hari kedua, padahal. Namun, Ayah sudah berani merenggut kebebasanku. Dia sangat berbeda dengan Papa.

"Aku tidak akan menghadirinya!" Tak kusangka sisi pemberontakku akan keluar terang-terangan.

Raut wajah ayahku berubah gelap. Aku meneguk ludah, menyiapkan diri untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya.

Di luar dugaan, ayahku justru tersenyum. Senyum yang terasa mengerikan di situasi salah semacam ini. Dia membungkuk dan menepuk puncak kepalaku. Amat dekat hingga aku bisa menghirup embusan napasnya. Sesuatu yang seharusnya tak asing, termasuk sentuhan singkat itu. Hal-hal kecil yang telah menghilang selama belasan tahun itu membuat darahku mengalir lebih cepat.

"Kau tak seharusnya mengikuti jejak papa tirimu. Aku ayahmu. Aku yang akan menentukan masa depanmu. Lagipula, kau harus memperbaiki citramu yang sudah rusak. Kau harus menjadi yang terpintar dan paling berbakat di Gateral sebelum orang-orang mengetahui kau adalah anakku. Karena, kalau sampai terungkap, media akan dengan mudah menyorotmu." Tubuh ayahku kembali tegak. Dia memasukkan tangannya ke saku celana. "Dan kalau sampai citraku rusak karenamu, kau akan mengalami hal yang tidak kau inginkan."

***

"Kau serius mengambil kelas sekunder sebanyak itu?" Gabriel menutup tirai kamar dan tidur di sofa sembari menyelonjorkan kaki.

Aku tersenyum masam, menutup laptop dan merenung sesaat. "Bagaimana lagi. Aku sudah telanjur mendaftarkan diri." Didaftarkan, lebih tepatnya.

"Hebat. Aku salut! Kalau begitu kau harus pandai-pandai mengatur waktu belajar dan istirahatmu."

"Hm, begitulah." Aku menjatuhkan tubuhku di kasur. "Omong-omong, Giona tidak ikut kelas panahan, ya?"

"Kau serius menanyakannya?" Gabriel terperanjat duduk.

"Hanya penasaran. Aku tidak melihatnya di kelas tadi, dan aku mensyukurinya."

"Royal Class memiliki profesor pribadi untuk pelajaran akademis. Mereka juga mendapatkan pelatih pribadi untuk minat-bakatnya."

"Benarkah? Untuk setiap orang?"

"Ya."

"Luar biasa."

Aku terdiam sebentar. Berpikir. Meski tidak akan sering, suatu saat nanti aku pasti akan bertemu dengan Giona. Dan apa yang harus aku lakukan jika itu terjadi? Meminta maaf? Jelas tidak. Tampaknya aku harus merencanakan perbuatan yang tepat sebelum pertemuan itu terealisasi agar aku bisa memperbaiki kesanku di benak semua orang. Itu sulit. Dan bahkan aku tak tahu bagaimana memulainya.

Aku ingin bertanya lebih lanjut tentang Royal Class, sepertinya kelas itu masih memendam banyak hal menarik yang belum kuketahui. Namun, Gabriel keburu membuka laptop dan mengingatkanku bahwa kami harus mengerjakan tugas dari Bastian. Tugas kimia 5 nomor esai, tentang struktur atom dan sistem periodik yang akan menjadi topik bahasan besok. Kukira ini adalah topik yang lumayan mudah. Pertanyaannya juga mendasar, dimulai dari apa itu atom dan bagaimana strukturnya. Aku bisa mengerjakannya tanpa melihat buku. Terkecuali nomor-nomor akhir. Aku membuka modul untuk menjawabnya.

Satu per satu lembaran kertas keluar dari mesin cetak. Aku mengetukkan kumpulan kertas itu ke meja, dan menjilidnya asal dengan stapler. Padahal jika kumau, aku tinggal turun ke bawah untuk meminta fasilitas penjilidan gratis. Namun, akan terasa lucu jika isinya hanya 4 lembar HVS saja. Jadi, kusimpan tugas itu ke dalam tas lalu merangkak menuju tempat tidur.

High School Examen [Completed]Where stories live. Discover now