Farewell

359 58 0
                                    

--Satu bulan kemudian--

Di area luar sebuah tempat, tampak banyak orang berkumpul di sana bersama dengan peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemotretan. Beberapa model terlihat sedang melakukan tugasnya sesuai dengan arahan sang fotografer. 

"Apa setelah ini kita selesai, noona?" Chanyeol bertanya pada seorang wanita yang sedang menata rambutnya. 

"Nde"

"Kenapa proses pemotretan hari ini terasa cepat sekali?"

"Waeyeo? Apa kau ingin melakukannya lebih lama? Kau terlihat mudah bosan saat baru bergabung kembali setelah kondisimu membaik. Apa sekarang kau mulai menikmatinya?"

"Aktivitas seperti ini sudah ku lakukan selama satu bulan lebih. Lagipula aku tidak bisa menolak setiap uang yang sudah ku hasilkan dari pekerjaan ini"

"Kau benar. Fotografer ingin kegiatan kali ini tidak berlangsung hingga malam hari karena akan ada fenomena bulan purnama yang bisa kita lihat langsung dari langit"

"Mwo? Bulan purnama? Apa hubungannya hal itu dengan pemotretan hari ini?"

"Tentu saja saling berhubungan. Para fotografer tidak akan melewatkan begitu saja fenomena alam yang jarang muncul itu. Mereka bisa menghasilkan uang dengan menjual hasil jepretan kamera penampakan bulan terang itu nantinya"

Chanyeol mengangguk pelan. Dia melihat warna rambutnya yang sudah berubah menjadi merah. 

"Kenapa aku selalu mendapatkan warna ini setiap pemotretan?"

"Rambutmu terlihat lebih cocok menggunakan warna terang seperti ini. Lagipula konsep pakaian serba hitam yang sering kau dapatkan juga mendukung penampilanmu"

Chanyeol memandangi dirinya dari cermin di depannya. Penata rambut itu sudah menyelesaikan pekerjaannya dan meninggalkannya untuk mengecek model lain yang berada tidak jauh darinya. 

"Kenapa aku selalu mendapatkan model pakaian berwarna gelap?" Gumam Chanyeol dalam hati sambil membenarkan jas yang dikenakannya. 

Ponselnya yang berbunyi langsung di ambilnya dari atas meja di depannya. 

"Nde, Eomma...."

"Apa kau belum menyelesaikan pekerjaanmu hari ini?"

"Nde"

"Jangan lupa untuk datang ke psikiater untuk menjalani terapi rutin di sana"

"Nde. Apa kau meneleponku hanya untuk mengingatkanku, Eomma?"

"Eoh. Aku dan Ayahmu sedang berada dalam perjalanan menuju Sokcho untuk menjenguk Kakekmu yang sedang sakit. Mungkin kami akan menginap di sana dan pulang besok"

"Arasseo. Sampaikan salamku untuk Harabeoji nanti"

"Kalau begitu, aku akhiri panggilannya, Chanyeol'ah. Jangan lupa untuk mengunci semua pintu di rumah saat ingin tidur nanti malam"

"Nde...." Chanyeol menurunkan ponselnya. 

Selama hampir dua minggu ini, dia memang sering berkunjung menemui seorang psikiater di salah satu Rumah Sakit karena mimpi buruknya itu selalu datang setiap malamnya. Dia seperti dihantui oleh sesuatu yang pernah dilakukannya sebelum ingatannya menghilang. Sebenarnya bantuan psikiater juga tidak membuat mimpi buruknya itu langsung menghilang. Hanya saja, Chanyeol merasa lebih tenang dan tidak setakut sebelumnya setiap mengalami mimpi itu. 

"Oppa, fotografer sudah memanggilmu"

Chanyeol tersadar dari lamunannya saat Rose menghampirinya. Dia langsung berdiri dari duduknya tanpa menyadari ada sesuatu yang terjatuh saat dia mulai berjalan. 

Who Is He?Where stories live. Discover now