Song Kang hanya diberikan waktu libur selama dua hari sebagai pengganti liburannya yang tersela di Italia. Padahal ia sendiri tidak meminta diberikan libur. Tidak ada niatan lagi untuk berkunjung ke tempat lain. Hanya terpikirkan apartemen sebagai tempat tujuan menghabiskan liburannya kali ini.
"Kau bisa pulang sendiri?" Manager Han mengkhawatirkan Song Kang yang sejak pulang dari Italia berubah lebih pemurung.
Song Kang mengangguk. "Aku pulang sendiri, Hyung." Diakhiri tepukan pelan di pundak sang manager beberapa kali dan berikutnya sebuah lambaian tangan.
Kakinya melangkah pelan sembari sesekali mendongak. Langit di luar sudah bewarna jingga. Padahal belum begitu gelap, tapi kena pada raganya terasa begitu letih?
"Permisi, Tuan."
Song Kang yang sudah berada di parkiran mobil, menatap ke arah sosok bertudung hitam dan bercadar sedang berjalan ke arahnya. Mengenakan pakaian gypsy, lucu sekali karena mengingatkan dirinya dengan peramal dulu.
Tubuhnya tersentak; spontan mundur selangkah saat tangannya dipegang oleh sosok berpostur kecil itu.
"Biarkan aku meramalmu," ucapnya tanpa memerlihatkan wajah secara utuh.
""Tidak. Aku tidak tertarik." Pria Song itu menarik tangannya dan memperbesar langkahnya; bergegas menuju mobil.
"Kau masih merindukannya, 'kan?"
Langkah Song Kang terhenti. Jelas ia terusik dengan ucapan peramal yang menurutnya sok tahu.
"Kau mencintainya? Kalau begitu kenapa meninggalkannya ... lagi."
Song Kang berbalik. Wajahnya memerah. Tepatnya, ia marah.
"Meninggalkannya? Siapa yang kau bilang meninggalkannya? Dialah yang tidak mau menemuiku. Dia lebih memilih pria Cho itu. Dan ah, berhenti meramalku. Berhenti mendatangiku karena ramalan bodoh itu susah membuatku menderita." Song Kang terengah-engah. Bodoh sekali karena ia harus meluapkan kemarahannya pada orang yang salah.
Song Kang memutar tubuhnya. Sejenak mengusap wajahnya yang terasa panas. Begitu pula dengan hatinya yang mengaduh tak tepat sasaran. Konyol sekali.
Pandangannya tertunduk sesaat merasakan ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya.
"Maafkan aku karena aku sempat meragukanmu."
Diikuti degup di jantungnya yang berdetak lamban. Song Kang pun memberanikan diri memutar tubuhnya.
Kakinya terasa lemas begitu menemukan sosok wanita yang membuka cadar dan kerudung di kepalanya.
"Hyun-ah."
Wanita itu tersenyum dengan anggukan pelan. "Aku merindukanmu," ucapnya lekas disambut pelukan oleh Song Kang.
"Aku lebih merindukanmu. Aku kira kau benar-benar membenciku. Tidak memberikan kesempatan lagi padaku. Maafkan aku karena—"
"Aku tahu," potong So Hyun, lanjut tersenyum, "Manager Han sudah memberitahukan semuanya. Maaf karena aku datang terlambat."
Song Kang menatap sosok yang masih berdiri di depannya. Mengusap rambut dan pipi perempuan yang nyatanya bukan hadir sebagai mimpi.
Satu kecupan ia daratkan sebagai bukti. Bukti yang mengartikan ini bukan sebuah ilusi. Kecupan yang berlangsung beberapa detik dengan rasa yang terkecap manis.
Keduanya saling memandang. Sama-sama tersenyum dengan rindu yang membuncah.
"Aku kembali, Song Kang-ah."
Pelukan kedua jauh lebih erat. Bukan kecupan, keduanya berakhir dalam ciuman manis untuk menyambut kepulangan wanita yang ia cintai. Bersamaan pintu hatinya terbuka lebar untuk membiarkan wanita Kim itu masuk.
Kali ini, Song Kang yang akan meramal kisahnya sendiri. Menurutnya, ia tidak akan pernah membiarkan So Hyun pergi darinya. Tidak akan pernah.
*** THE END ***
Big thanks buat yang udah ikutin cerita ini dari awal sampai selesai. Ditambah vote dan commentnya, makasih ya 💗💗😘😘
ESTÁS LEYENDO
ORACLE (END)
FanfictionKeberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan? Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta? "Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?" "Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
Oracle - 20
Comenzar desde el principio
