Keberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan?
Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta?
"Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?"
"Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Senang bekerja sama dengan Anda semuanya," papar pria berbadan gempal yang tak lain adalah Sutradara Hwang.
Tepuk tangan riuh menggema di salah satu ruang rapat berukuran besar, dengan lebih dari dua puluh orang yang berkumpul di sana. Hari ini tepatnya menjadi hari pembacaan naskah untuk projek film yang akan digarap seminggu lagi. Melibatkan aktor dan aktris papan atas, ditambah berita tentang model tenar yang ikut ambil bagian, Song Kang, projek ini menjadi trending di beberapa situs entertainment Korea Selatan.
Pada saat pembacaan selesai, atensi pria yang mengenakan pakaian casual dengan jeans robek di bagian lutut, berkeliaran mencari satu sosok yang dianggapnya hilang. So Hyun, nama yang tidak hadir di hari penting ini. Padahal Song Kang tahu gadis Kim itu bukan orang yang dengan mudahnya absen untuk kegiatan seperti ini. Apalagi mengingat film adalah gairah So Hyun.
Air muka Song Kang beringsut sendu, merasa gagal menemukan sosok yang masih tak terlihat itu. Sudah hampir satu minggu, pesan dan telepon darinya, tak juga dibalas. Seakan gadis Kim itu sengaja memilih menghilang. Dua puluh pesan dengan ujaran maaf darinya, sepertinya gagal menggugahhati wanita yang sudah ia sakiti.
"Ah!"
Song Kang lekas mendekati sosok yang tertangkap pandangannya. Sedang tertawa lebar yang menggambarkan keakraban dengan orang-orang di sekitarnya.
Menyentuh bahu sosok yang menoleh ke arahnya, Song Kang berhasil menarik atensi pria itu. Dari rautnya yang tampak biasa, bisa dibilang sosok itu tidak terlalu kaget dengan pertemuan ini.
"Kita perlu bicara, Seungyoun-ssi."
**
Menghindar dari pikuk yang memenuhi ruangan besar itu, keduanya memilih ruang kerja Seungyoun untuk berbicara. Saling berdiri berhadapan dengan menampilkan ego masing-masing.
"Di mana dia?" Tanpa basa-basi, Song Kang langsung menembak inti pembicaraan.
"Kenapa aku harus menjawabnya? Bukankah dia kekasihmu?" seloroh Seungyoun sarat sindiran, "atau sekarang sudah menjadi mantan kekasih?"
Song Kang sontak menarik kerah kemeja kotak-kotak yang dikenakan lawan bicaranya. Jelas, pria Cho itu sengaja menyulut emosinya. Dengan penekanan nada yang Song Kang tahu disengaja. Belum lagi ekspresinya yang terkesan mencibir. Wajar kalau ia tidak pernah menyukai pria bernama Seungyoun itu.
"Kau tetap saja menyebalkan. Aku tidak sedang ingin bercanda, jadi cepat katakan di mana So Hyun!" bisik Song Kang memberikan penekanan di bagian kalimat terakhir.
Keduanya sama-sama keras kepala; tidak ada yang mau mengalah. Seungyoun menurunkan tangan Song Kang dari bajunya. Menepuk kemejanya seolah membersihkan kotoran. Seperti Song Kang yang tidak menyukainya, ia pun merasa sama.