Keberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan?
Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta?
"Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?"
"Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sudah tiga puluh menit, tapi tujuan keduanya masih belum jelas. Bukan! So Hyun-lah yang belum mengetahui ke mana sebenarnya Song Kang akan membawanya.
Mau bertanya lagi, rasanya percuma. Song Kang pasti diam. Atau paling tidak tersenyum. Tanpa membiarkan ada penjelasan lebih lanjut; tidak membuatnya puas.
Tidak tahukah Song Kang kalau ia sekarang mengantuk?
Terlebih lagi, udara di luar sana begitu sejuk. Sensasi kentara tatkala Song Kang sengaja membuka kap atas mobilnya dan membiarkan tenangnya suasana malam Seoul membuai keduanya.
Sayang, So Hyun kalah dengan dirinya sendiri. Ia lelah dan hanya ingin memejamkan mata. Siapa bilang pekerjaan di penataan musik gampang?
Mulai dari pagi-sejak jam kerja dimulai-rungunya dijejali berbagai jenis musik. Belum lagi ia harus memutar tayangan yang sama untuk menentukan spot peletakan musik. Pekerjaan yang terus-menerus berulang hingga membuat matanya memerih.
"Kita sampai."
Song Kang menoleh dengan senyum lebarnya. Sayang, lawan bicaranya telanjur larut dalam bunga tidur. Membiarkan Song Kang terkesima sendiri tanpa sempat membanggakan diri sendiri.
"Apa-apaan dia ini? Bisa-bisanya tertidur saat aku berpikir akan membuat ia terpesona."
So Hyun lelah. Wajah tidurnya yang polos bukti yang otentik. Bulu matanya yang lentik tak mengurangi kecantikan matanya yang terpejam. Parasnya yang terpoles make-up tipis malah membuat Song Kang terpukau. Seperti dulu, mantan kekasihnya itu masih tetap cantik.
Menengadahkan pandangannya ke langit, Song Kang bersandar dengan kedua tangannya sebagai alas kepala. Demi malam yang berjalan mulus, Song Kang bahkan memastikan ramalan cuaca hari ini. Probabilitas turunnya hujan yang hampir dibilang tidak mungkin, membuat Song Kang memilih Sungai Han menjadi tempat untuknya berlatih. Namun, lihatlah sekarang?
Padahal bintang bertaburan indah malam ini. Lampu hias di sepanjang jembatan juga menyempurnakan tempat yang ia pilih. Dari semua elemen yang dia pertimbangkan, Song Kang melupakan kemungkinan lain. Contohnya saat ini. So Hyun yang tertidur.
"Kenapa sulit sekali membuatmu terkesan?" Song Kang bermonolog sembari memerhatikan wajah teduh So Hyun. Jemarinya bergerak menyentuh wajah yang tidak menyadari kehangatan tangannya. Memperbaiki beberapa untaian rambut yang menutupi wajah So Hyun.
"Jadilah wanita kesepuluh itu, Hyun."
***
Bersandar di tempat tidur, diikuti kedua tangannya mengepal sembari terentang, rasanya sangat nyaman. Rasanya sudah lama dia tidak tertidur pulas. Pagi yang sempurna.
Menyusul kedua matanya yang bergantian terbuka. Ada sinar mentari yang menyambut paginya. Mencuri masuk melalui sela-sela ventilasi di depannya, dugaannya pagi ini akan berlangsung cerah.