Keberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan?
Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta?
"Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?"
"Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Apa yang kaulakukan kalau terbukti dia ternyata bukan wanita kesepuluh yang kaucari?"
Song Kang tak menjawab. Lebih tepat, ia tidak tahu jawabannya. Bagi Song Kang, ia merasa tertantang ketika menemukan So Hyun sebagai wanita kesepuluh. Masa lalu keduanya, mungkin salah satu penyebab egonya begitu menggebu mendekati So Hyun.
"Song Kang-ssi?"
Pria jangkung yang tadinya duduk, kini beranjak dari kursinya sesaat menemukan So Hyun berdiri di depannya. Spontan tersebut.
Tadinya Song Kang ragu bila bahwa So Hyun akan menemuinya. Ternyata, dugaannya salah. Hal sepele ini pula yang membuat hatinya berbunga.
"Sedang apa kau di sini?"
"Apa boleh kubilang karena aku merindukanmu?"
So Hyun lantas membekap mulut Song Kang secepat kilat. Bukan terharu, So Hyun malah merasa takut dengan ucapan pria Song itu.
Bagaimana kalau ucapannya terdengar orang lain. Bukankah itu sama saja membuat ia menjadi korban? Bisa jadi ucapan itu terdengar orang lain dan menjadi kesalahpahaman. Habislah hidupnya saat berhadapan dengan para penggemar Song Kang nantinya.
"Berhenti membuat masalah!" hardik So Hyun.
Irisnya meruncing; memberi tatapan tajam pada Song Kang yang malah menikmati momen ini.
Setelah memerhatikan kondisi di sekitarnya, perlahan So Hyun melepaskan tangannya dari mulut Song Kang. Sayang, sebelum benar-benar lepas, Song Kang malah menarik tangannya-lagi.
"Kalau kau tidak ingin aku berkata lebih jujur, sebaiknya jangan lepaskan tanganmu dari mulutku."
So Hyun terpaku. Song Kang ... pria itu apa benar ingin membuat hidupnya kembali berdesir? Menjadi badai dalam hidupnya yang rapuh?
"Hentikan omong kosong ini! Aku masih harus kembali bekerja. Jadi—"
"Berkencanlah denganku. Aku ke sini karena ingin mengajakmu keluar. Ah, kita bisa makan siang dulu, setelah itu berkencan di tempat yang kausukai. Bagaimana?"
Entah apa yang dipikirkan pria Song itu hingga ia berpikiran bahwa So Hyun akan mudah menerima semua permintaannya. Tanpa memperdulikan popularitasnya, di depan banyak orang datang menemuinya dan meminta berkencan. Jelas ada yang salah dengan pemikiran mantan kekasihnya itu.
"Kau gila!"
So Hyun memilih mengabaikan Song Kang. Ia melengos begitu saja. Kepalanya pusing memikirkan rencana Song Kang. Kemunculannya yang tiba-tiba saja sudah menbuatnya kewalahan, lalu sekarang menawarkan berbagai hal pelik yang dianggapnya tidak wajar, So Hyun tak ingin berurusan dengan pria Song tersebut.
Namun, bukan Song Kang yang menyerah begitu saja. Ia tidak melepaskan So Hyun dengan mudah. Lantas mengikuti langkah wanita yang lebih dulu berjalan di depannya. Hingga di depan lift, ia pun memilih berdiri di samping wanita Kim yang mendiaminya. Bisa ditebak Song Kang berhasil membuatnya geram. Kendati demikian, Song Kang suka. Ia merasa senang mengamati perubahan air muka wanita yang enggan memandangnya.
