Keberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan?
Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta?
"Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?"
"Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kau sudah datang?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Perasaanya tak nyaman. Sekarang So Hyun menyesali keputusannya berjumpa dengan Song Kang. Seharusnya ia bisa menolak; membuat alasan-alasan yang meyakinkan. Bukan dengan mudahnya mengikuti kemauan mantan kekasihnya yang menyebalkan itu.
Perjumpaan ini jelas salah.
"Kenapa kau diam saja? Sejak kapan kau jadi pendiam seperti ini?"
Benar. Dia-So Hyun-sudah berubah. Tidak sama dengan Song Kang yang tidak akan mungkin memahami perasaannya. Pria itu layak berbicara sesuka hatinya karena hidupnya sudah berhasil. Sementara So Hyun? Menjadi asisen selama tiga tahun, tidak membuat ia memiliki kepastian dalam karir. Terus bertahan pada garis yang sama. Menyedihkan.
"Apa kau lapar?"
So Hyun terkejut. Ia tidak sadar sejak kapan wajah pria Song itu sudah di depannya. Menyisakan beberapa senti dengan embusan napas yang terasa jelas.
Kaki So Hyun spontan melangkah mundur, ingin membuat batasan dengan Song Kang. Sudah jelas, dekat dengan pria Song tersebut, tidak cukup baik untuknya.
Melihat kikuknya So Hyun, Song Kang malah merasa lucu. Ia juga senang. Perangai wanita Kim itu terlihat menggemaskan. Seperti kehilangan taring, tidak seperti dulu.
"Cepat katakan ada hal penting apa yang ingin kaudiskusikan denganku. Aku juga sibuk, jadi cepat katakan!"
So Hyun mungkin tidak sadar, tapi Song Kang masih ingat air mukanya yang sedang jujur atau sedang berbohong. Seperti sekarang, So Hyun jelas-jelas sedang berbohong.
"Apa kau sudah memiliki kekasih Kim So Hyun?"
Pertanyaan tanpa basa basi. So Hyun mendelik seraya menatap pria yang mengumbar senyum padanya.
"Selain ingin makan siang bersama, aku ingin mengatakan bahwa sepertinya aku masih tertarik padamu," sambung Song Kang.
Mata So Hyun mengerjap lemah—beberapa kali. Ia tidak tahu kenapa setelah sekian lama berlalu, ia masih saja berdebar untuk Song Kang? Apa rasa sukanya masih tersisa? Atau semua ini tidak lebih dari emosi sesaat. Singkatnya, ia sedang terharu.