Oracle - 20

Mulai dari awal
                                        

So Hyun membuang wajah. Suaranya tenggelam seturut kepercayaan dirinya mulai runtuh.

"So Hyun-ah." Song Kang kembali mengambil tangan wanita yang masih enggan menatapnya. "Kali ini, untuk selamanya, jangan pernah berpisah denganku."

**

Jam beker yang tertata di atas nakas membuatnya tersadar ini masih dini hari. Tidurnya tak lelap. Matanya masih berjaga awas meski langit di luar sana masih bergulung kelam.

Pikirannya tersulut pada pertemuan yang gagal dihindari. Song Kang, pada akhirnya, pria itu datang dan membuatnya goyah.

Atensi So Hyun beralih pada layar ponsel yang ia pegang. Nama Song Kang tertera jelas. Ternyata pria itu belum mengganti nomor teleponnya. Masih nomor lama yang tersimpan dalam contact list-nya.

Begitu juga dengan kisah semalam.

"Maafkan aku. Kita tidak—"

"Ayo, bertemu lagi besok. Di sini. Aku akan menunggumu. Sampai kau datang, aku akan berada di sana. Aku berharap kita bisa mengulang semuanya dengan benar kali ini." Song Kang memotong.

So Hyun tercengang. Bibirnya kelu untuk menolak lagi.

Berbeda dengan Song Kang yang perlahan tersenyum. Ada harapan yang menyusup ke relung hati. Sejenis intuisi yang bermakna positif.

"Sampai berjumpa besok, Hyun."

Suaranya menyiratkan keyakinan. Seiring pemilik punggung lebar nan tegap itu berangsur menghilang.

Langit semakin gelap. Suara riuh di depan air mancur Trevi juga lambat laun mereda. Pengunjung mulai berkurang. Ikut menyisakan So Hyun yang berkecamuk dengan bimbang.

"Aku tidak akan datang," gumam So Hyun lirih. Ia meletakkan ponsel di atas nakas dan bergegas keluar kamar. Satu keputusan sudah ia ambil.

**

Pukul 10.00 pagi, nyatanya peminat bangunan yang selesai dibangun tahun 1762 itu sudah mulai ramai dikunjungi. Memang benar, sebagian besar dari mereka adalah wisatawan asing. Dari ragam bahasa dan ciri khas fisik yang kentara, begitu cara Song Kang membuat kesimpulan.

Ini sudah ketiga kali ia melirik jam tangan berkulit sintetisnya. Bohong kalau tidak gelisah. Buktinya sejak kemarin malam Song Kang sulit untuk memejamkan mata. Mungkin hanya ada dua jam yang ia habiskan untuk benar-benar tertidur.

Namun, lelahnya tersingkirkan dengan secercah harapan yang bercokol di benak. Saking semangatnya, Song Kang bahkan tiba dua jam sebelumnya. Matanya mengedar awas, mencari sosok yang memang ditunggu. Dadanya berdegup ganjil, dibumbui dengan gejolak senang yang berkumpul. Sungguh ia tak sabar.

Sayang, waktu terus berjalan dan kini sudah menjelang pukul 12.00, sedikit demi sedikit Song Kang mulai meragu. Segelas kopi yang sejak tadi menemaninya, pun telah habis tertegak. Masih saja sosok itu belum menampakkan diri.

"Song Kang-ah!"

Sebelum satu suara yang menyerukan namanya membuat pria Song itu sontak berbalik. Senyumnya mengembang. Namun, hanya bertahan beberapa detik saat ia tahu Manager Han-lah sumber suara itu.

ORACLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang