"Non sei interessato a lanciare monete?" (Anda tidak tertarik melempar koin?)

Seorang pria bertubuh gempal dan berpostur lebih pendek darinya mendekati Song Kang yang terlihat hanya berdiri. Memerhatikan satu per satu antusias para pengunjung yang tetap ramai di malam hari.

"I don't speak Italian." Song Kang melambaikan tangan. Pertanda ia tak mengerti maksud pria dengan jambang tebal di kedua sisi.

Song Kang membungkuk dan perlahan mengambil langkah untuk menepi. Meski sebenarnya masih belum puas menghabiskan waktu di tempat sejuk tersebut.

"Dove sei adesso?" (Di mana kamu sekarang?)

Sosok yang mengenakan sepatu boot yang dipadankan dengan skinny jeans, berselimutkan mantel bewarna soft brown berlari kecil sembari memegang ponsel.

"Aspettami li!" (Tunggu aku di sana!)

Masih orang yang sama memberi titah dan tak lama memutuskan panggilan.

Kakinya terus bergerak dari jalan besar menuju jalan yang lebih kecil dengan toko, restoran dan bar yang berjejeran. Ia tidak percaya harus bertemu dengan rekan kerjanya di sana, tempat yang juga pernah menjadi lokasi syuting La Dolce Vita tahun 1960.

So Hyun tiba. Ia membungkuk ketika menemukan padatnya orang-orang yang mengunjungi Air Mancur Trevi dengan latar belakang Dewa Neputunus dan Oceanus.

"Kim!"

Wanita itu mulai menegakkan badannya sesaat menemukan wajah Andreas, partner-nya yang sedang menemani kekasihnya yang merupakan  orang Jepang berlibur di Roma.

"Thank you," ucap Andreas dengan mengatupkan kedua tangannya. Berkat So Hyun, dompetnya yang tertinggal di kantor, kini kembali ke sang pemilik.

So Hyun tidak marah. Tepatnya, tidak bisa. Lagi pula, Andreas sudah banyak membantunya. Belajar bahasa, budaya, dan hal-hal lain tentang tata kehidupan di Italia, Andreas-lah penolongnya.

Meletakkan kedua tangannya di saku mantel, So Hyun berjalan mendekati para kerumunan. Ikut tertawa melihat para turis yang asyik mencoba keberuntungan mereka dengan melempar koin. So Hyun pernah ditawari untuk melakukan hal yang sama, tapi sampai saat ini belum ada koin yang ia lemparkan.

Alasannya terbilang sederhana. Ia ingat pesan ibunya yang berujar, "Manusia itu tidak bergantung pada keberuntungan, tapi kerja keras. Hal yang kau nikmati sekarang, tak lepas dari usaha yang selama ini kaujalani, Hyun."

Begitulah. So Hyun ingin mempercayai dirinya sendiri. Kalau ia berusaha keras maka suatu saat nanti, ia akan kembali ke Roma. Sementara urusan jodoh? Hm ... entahlah.

Buk!

"Scusami tanto." (Maafkan saya)

Tanpa sengaja seorang pria tinggi berkacamata menubruk So Hyun. Membuat tas jinjingnya terjatuh. Notes dan bolpoin miliknya keluar dari tas yang belum tertutup.

So Hyun berdiri kembali setelah merasa yakin barang-barang miliknya sudah dimasukan kembali. Surai panjangnya yang tergerai tampak berantakan karena sempat menunduk.

ORACLE (END)Where stories live. Discover now