"Hyun-ah!"
Tangan ramping itu kembali menyembunyikan dokumen yang sempat terpegang. Memasukkannya secepat kilat ke dalam ransel yang terpangku olehnya sesaat pintu ruang audio dibuka oleh Seungyoun.
"Seungyoun-ah!" So Hyun menyapa kikuk.
Kepala pria Cho itu lantas bergerak miring. Berjalan pelan mendekati So Hyun yang perlahan menurunkan ranselnya ke lantai.
"Kau ... apa ada yang kausembunyikan dariku?"
Inginnya ia mengutuk saat ini. Kenapa harus Seungyoun yang menangkap basah? Kenapa harus sensitif ini pula mencurigainya?
"Aku tidak mengerti apa hanya sedang kaubicarakan. Ayo, kudengar kita dipanggil untuk ikut perayaan Divisi Drama. Katanya tayangan mereka mendapatkan rating tinggi minggu ini."
So Hyun menepuk bahu Seungyoun. Berusaha bersikap normal untuk mengalihkan kecurigaan Seungyoun padanya.
"Kau—"
"Ayolah!"
Gadis Kim itu menarik tangan Seounyoun hingga keduanya keluar dari ruang kerja. Terus berjalan menjauhi ransel hitam yang tergeletak di dalam sana.
Hatinya masih mendua. Keputusan belum mencapai akhir. Pada saat ia merasa yakin, mungkin saat itu So Hyun akan berkata jujur.
**
"Akh!"
Kepalanya terasa berat. Seperti tertimpa beban yang bertubi-tubi membebani kepalanya. Tanpa ampun.
Song Kang kesulitan membuka matanya, meski pancaran sinar yang menyelinap dari sela jendela kamar berusaha mengusik.
Tok! Tok!
Bunyi ketukan itu berhasil memaksanya membuka mata. Mengalihkan pandangan ke arah sosok yang berdiri di depan pintu kamar dengan segelas air yang dipegangnya.
"Wah, sebaiknya kau jangan berpikir untuk minum-minum lagi, Song Kang-ah. Kau begitu berat. Pinggangku rasanya mau patah saat harus memapahmu."
Senyum tipis terulas di wajah sang model yang kemudian mengusap wajahnya.
"Minumlah."
Air itu ternyata ditujukan untuknya. Segera disambut Song Kang yang menghabiskannya tanpa jeda. Tenggorokkannya memang terasa kering. Namun, lantas tak membuat sakit di kepalanya mendingan.
"Sudah lebih baik?" Masih pria yang sama, Manager Han, yang memposisikan duduk di samping Song Kang.
"Terima kasih, Hyung." Song Kang mengangguk.
"Kalau begitu, cepatlah bersiap. Hari ini schedule-mu begitu padat."
Song Kang terbelalak. Menatap bingung ke arah sang manager.
"Bukannya hari ini aku tidak memiliki pekerjaan? Maksudku, tidak untuk minggu ini."
"Seharusnya begitu. Namun, barusan aku mendapatkan telepon dari agensi. Mereka bilang kau mendaptkan dua kontrak lagi. Mereka ingin bertemu denganmu siang ini," jelas Manager Han.
YOU ARE READING
ORACLE (END)
FanfictionKeberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan? Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta? "Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?" "Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
ORACLE -17
Start from the beginning
