Gila sekali permintaannya!
Baik So Hyun dan Seungyoun, dua-duanya membisu. Seungyoun menjadi orang yang pertama pulih dari kebodohannya. Menurutnya, kali ini ia sudah melewati batas.
Tanpa menunggu lama, Seungyoun lekas berdiri dengan wajah pucat. Besar kemungkinan So Hyun akan marah atau memukulinya.
Atau tidak melakukan apa-apa.
Seperti saat itu. Seungyoun terheran mendapati wanita Kim itu bergeming. Terselip perasaan bersalah yang menggerogoti hati Seungyoun.
"Maafkan aku karena bertindak bodoh," ucap Seungyoun, "tapi setelah kupikir ulang, aku tidak akan meminta maaf karena sudah menyukaimu. Aku akan berhenti menyukaimu saat aku ingin. Aku pergi dulu."
Tangan pria Cho itu mengepal. Ingin sekali mengusap kepala So Hyun. Namun, ia urungkan. Malah memutuskan untuk pergi seturut perasaannya beraduk. Banyak asa yang saling bertubrukan, menghadirkan gaduh dalam diri sendiri.
Pun menyisakan sakit untuk perasaannya yang tidak terjamah. Gundah yang mendera, menjadi akibat yang harus ia emban sendiri. Salahkan ia jatuh cinta pada orang yang tidak tepat.
**
Di lain tempat, pertengkaran pagi ini masih diingat Song Kang yang sejak tadi gagal memfokuskan dirinya pada pemotretan. Air mukanya sulit diajak bekerja sama pada saat perasaannya masih digantungkan dengan adu mulut yang dianggapnya belum selesai.
Emosinya mudah tersulut mengingat wajah pria Cho yang tidak ia sukai itu. Bukan dianggap sebagai saingan, Song Kang hanya menyematkan julukan pengganggu di diri rekan kerja kekasihnya, So Hyun.
"Yak! Apa kau akan terus bertingkah seperti ini?"
Song Kang menoleh; memandang manajernya yang mengambil duduk tepat di sebelah.
"Fotografer itu tampaknya tidak puas dengan ekspresimu yang kelihatan ingin memukulnya. Padahal konsep kali ini adalah kebahagiaan. Apa kau mau mengisi kolom berkabung untuk majalan ini?"
Tidak perlu ditegaskan pun, Song Kang menyadari hal ini. Sayang, suasana hatinya lebih dominatif hingga menyurutkan semangatnya bekerja. Meski seharusnya tidak begini. Kemana sikap profesionalitasnya? Secuil masalah menjadi dibesar-besarkan dan menyita konsentrasinya. Belum pernah ia sedangkal ini.
"Apa kau ada masalah?"
Song Kang tanpa sadar tertunduk setelah mendengar tanya Manager Han yang tepat menebak alasan wajahnya yang tergurat hambar.
"Berantam dengan pacarmu? Ah, ini pasti masih ada hubungannya dengan wanita keberuntunganmu itu, kan? Yak! Apa kau tahu risikonya kalau kehilangan dia?"
Lagi-lagi bahasan tentang ramalan itu. Perlahan, Song Kang mulai muak mengaitkan hal tentang So Hyun dengan ramalan yang bisa jadi hanya sebuah kebetulan. Walau tak menampik, semua ini terjadi karena inisiatifnya. Ketakutan yang tidak berdasar dipicu oleh diri sendiri.
"Cih, tenanglah! Aku akan menyelesaikan semua masalahmu. Tapi, sebagai gantinya, kau harus menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik. Bagaimana?"
YOU ARE READING
ORACLE (END)
FanfictionKeberuntungan dan nasib buruk, benarkah bisa ditentukan dari sebuah ramalan? Apa keberuntungan lebih utama ketimbang cinta? "Bukankah semua ini karena ramalan? Jadi, buat apa berjuang?" "Kalau tidak ada ramalan, apa mungkin aku memiliki keberanian...
ORACLE - 15
Start from the beginning
