Chapter 2

1.1K 213 142
                                    

Tentang rasa biarkan saja ia mengalir sampai nanti ia tenggelam, sehingga perlahan ia tak perlu lagi dipertanyakan

🥀🥀🥀

Langit tampak lebih gelap dari biasanya. Cuaca sore ini pun lebih terasa tak bersahabat, mungkin karena efek pancaroba yang akan memasuki musim penghujan nantinya.

Tampak terlihat seorang gadis dengan rambut sebahu yang tengah duduk di halte dekat sekolah seperti tengah menunggu seseorang.

Udara kian terasa begitu dingin, bahkan jaket yang ia kenakan pun tak cukup untuk menghalau udara yang menusuk kulitnya kini.

"Huh..." gadis itu menghela nafas. Mungkin pikirnya mengapa seseorang yang ia tunggu sedari tadi tak juga muncul di hadapannya.

Kini ia mulai melirik sebentar jam tangan yang melekat indah di pergelangan tangannya, sudah hampir setengah jam ia menunggu di sini, ia jadi sebal sendiri.

"Belum pulang?" tanya seseorang yang tiba-tiba duduk di kursi halte, tepatnya duduk di sebelahnya.

"Belum." jawab gadis itu pelan.

"Perasaan aku pernah liat kamu deh, dimana ya?" Ucap seseorang yang ada di sebelahnya itu. Kia seakan malas menjawab hal-hal yang terlontar dari seseorang yang tak akrab tersebut.

"Kan kita satu sekolahan," Balas gadis itu tak mengindahkan pertanyaan orang di sebelahnya.

Sementara yang disuguhi kata-kata seperti itu hanya terdiam. Dia tak ingin menyerah dengan kegiatan mengganggu gadis yang amat diperhatikannya sejak dulu.

"Oh ya, kalo boleh tahu nama kamu siapa?" tanya Rega sekedar basa-basi, padahal kenyataannya ia telah mengetahui nama dari gadis yang di sampingnya ini.

"Kia," Ucap gadis yang sedari tadi mulai menampakkan ketidaknyamanannya terhadap kedatangan seseorang yang ia ketahui sebagai Kakak kelasnya itu. Dari badge di sebelah kirinya, Kia mendapati namanya adalah Arega.


"Btw nungguin siapa?"

Tak sempat pertanyaan itu terjawab suara klakson mobil dari arah jalan terdengar. Kia yang mengetahui bahwa itu adalah orang yang ditunggu-tunggunya pun menengok pelan lalu tersenyum.

Tin...Tin...Tin...


Perempuan itu langsung bangkit dari duduknya sambil berucap sesuatu kepada Rega.

"Aku duluan kak, udah dijemput," ucapnya kepada orang yang barusan mengajaknya berbincang, bagaimanapun ia harus menghormati Kakak kelas nya. Meskipun dirinya tak terlalu akrab dengan pria tersebut.

"Oke see you." Pria itu terus menatap setiap pergerakan perempuan yang baru saja di sampingnya tadi.

Mau sampai kapan dirinya seperti ini, bahkan lidahnya pun terasa kelu untuk mengucapkan satu kata yang ia rasakan selama ini. Haruskah dirinya diam saja seperti ini? Tapi sampai kapan?

Pria itu pun mengacak rambutnya frustasi, ia yang mutlak mempunyai raga ini seharusnya bisa mengendalikan apa yang ada di dalam tubuhnya, tapi mengapa tak bisa.

Story Of A [Revisi]Where stories live. Discover now