Pertama dan Satu-satunya

Start from the beginning
                                    

Fahri terpesona melihat Adam dan wanita pujaannya  berderai tawa bahagia di antara balon-balon yang cantik mengudara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fahri terpesona melihat Adam dan wanita pujaannya  berderai tawa bahagia di antara balon-balon yang cantik mengudara. Dalam hati ia bergumam, andai saja lelaki yang beruntung memiliki mereka adalah dirinya. Namun, kenyataan menghempas harapnya. Jangankan memiliki, menyampaikan perasaannya saja, ia tak bisa.
.
"Ah, Ri. Andai saja semua kesalahpahaman ini tak terjadi, mungkin kita masih bisa seperti dulu ... Aku, Adam, Ilham bisa tetap berhubungan baik denganmu tanpa harus ada yang cemburu." Suara Hasna membuyarkan lamunan Fahri.
.
Fahri hanya terdiam. Ia sedang berusaha mengumpulkan kepingan harapannya yang berserak.
.
"Andai saja kau sudah punya pasangan, seorang wanita yang benar-benar kau cintai, mungkin takkan ada kesalahpahaman seperti sekarang," lanjut Hasna berandai-andai.
.
Fahri bergeming. Hanya sebuah senyum tersungging di bibirnya.
.
"Ayolah, Ri. Masa kau tak punya wanita yang kau sukai? Kau itu tampan, mapan dan baik hati. Rasanya kecil kemungkinan seorang wanita akan menolakmu," goda Hasna.
.
Hasna baru menyadari selama bersahabat dengannya, rasanya Fahri tak pernah dekat dengan wanita manapun. Sekadar bercerita tentang wanita yang ia suka juga tak pernah.
.
"... Apa jangan-jangan kau ga..."
.
"Aku tak seperti itu," potong Fahri jengah.
"Ada seorang wanita yang aku cintai ... "
.
Bola mata Hasna membulat penasaran.
.
"Siapa? Apa aku kenal orangnya?" Hasna terlihat antusias sambil menerka-nerka.
.
Desau angin sore bersahutan dengan gemerisik dedaunan. Beriringan seirama dengan debaran jantung Fahri yang mulai berirama cepat. Di antara desir angin dan balon-balon bening mencitra pelangi, Fahri berusaha mengutarakan isi hati.
.
"Dia adalah cinta pertama, yang saat itu, bahkan tak tahu bahwa aku ada..."
.
Suara Fahri terdengar lirih. Pandangannya bertemu dengan bola mata Hasna. Gejolak jiwanya terasa menghentak, ketika satu-satu mengurai pengalaman cintanya dari masa lalu.

"Hingga suatu hari saat SMA, sebuah tangisan dan sebotol teh hijau menjadi perantara perkenalan pertamaku dengannya di atap sekolah," lanjut Fahri. Matanya tak lagi tertaut pada Hasna. Ia menerawang ke langit sore yang mulai bersemburat jingga. Semburat yang sama saat pertama kali ia berkenalan dengan Hasna.
.
"Dia memang bukan peri baik hati saat itu. Namun ... aku meyakini sejak lama, bahwa di balik keras penampilannya ada mutiara kebaikan yang tersimpan, menunggu untuk tersingkap."
.
Mendengarnya, Hasna mulai merasakan getaran aneh dalam dada. Mimik wajahnya berubah. Terkaan yang membayang di kepala, membuatnya tak ingin percaya.
.
"Aku jatuh cinta padanya sejak lama. Semakin aku mengenalnya, semakin aku mencintainya." Ada getaran dalam suara Fahri. Serupa melodi hati yang terkungkung sejak lama menunggu untuk bersimfoni di depan pujaan hati.
.
"Hingga saat kuliah, saat aku hendak mengutarakan cinta, di kafe dengan pemandangan indah favoritnya, dengan alunan biola, dan cincin permata, sebelum aku mengucap sepatah kata ..." Suara Fahri tertahan. Ia tertunduk sejenak. Berusaha mengenyahkan perih yang sudah lama bersarang sejak lama karena memori itu. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
"... ia justru datang dengan ceria sambil berkata bahwa ia akan menikahi pria lain."
.

Hasna terhenyak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hasna terhenyak. Memorinya terbang ke sebuah senja sehari setelah pria yang ia cintai melamarnya. Ia memberitahu Fahri di detik pertama ia menginjakkan kaki di kafe indah itu. Tampilan Fahri memang tak biasa kala itu, dan alunan biola ... Tiba-tiba saja Hasna merasa lututnya lemas.
.
"Sejak itu aku menjauh. Berusaha melupakannya. Namun takdir mempertemukan kami kembali. Ia membawa seorang putra ke klinikku, dengan bola mata coklat dan senyum yang sama dengan dirinya..."
.
Sebuah tawa kecil penuh getir keluar dari bibir Fahri. Pandangannya mengikuti Adam yang sedang meniup gelembung dengan riang.  
.
"Kupikir aku sudah melupakannya, ternyata ... aku malah terjatuh makin dalam. Jatuh sayang bahkan pada anak yang ia miliki bersama pria lain..." Tawa getir itu kembali mengudara.
.
"Dia adalah yang pertama dan satu-satunya wanita yang kucintai hingga kini."
.
Fahri memberanikan diri menatap Hasna. Mata beningnya memancarkan perasaan yang membuncah. Membuat yang menatapnya terperangkap dalam gejolak rasa yang sulit diungkapkan.

"Dan ... wanita itu ... sedang berdiri di hadapanku sekarang ..."
.
Hasna terpaku di sana. Lonjakan rasa dalam dadanya seperti rollercoaster yang naik turun  di udara. Ia sungguh tak menyangka akan mendengar Fahri mengatakan ini semua. Sesuatu yang tak pernah terlintas dalam benaknya.
.
"Fahri, k...kau pasti bercanda, kan?" Hasna berusaha menguasai dirinya. Ia mencari-cari celah bahwa wanita itu bukan dirinya. Bahwa Fahri sedang mencandainya seperti biasa.
.
Fahri menggeleng.
.
"Wanita itu kau, Hasna."
.
Detik seolah berhenti. Yang ada hanya bola mata Fahri dan Hasna bertemu dalam gelombang rasa yang mendebarkan dada. Sebutir bening air mata mengintip di sudut mata Hasna. Sahabatnya yang selalu ada untuknya, yang selalu mengubah tangis jadi tawa, yang membuat harinya penuh warna selama ini menyimpan rasa begitu dalam padanya. Begitu lama ... Dan ia hempaskan begitu saja ... Entah sehancur apa hati Fahri.
.
"Tidak, Hasna. Ilham tak salah paham ... Ia tahu. Ia tahu aku mencintaimu."
.

Hasna tak tahu harus berkata apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hasna tak tahu harus berkata apa. Lidahnya kelu. Tenggorokannya seolah tersumbat sesuatu yang menyesakkan. Dengan segenap kekuatan ia berusaha merespon. Namun hanya sunyi yang berdesis di bibirnya.
.
"Hasna, saat kutahu kau jadi yang kedua ... Hatiku remuk. Aku menyesal tak berusaha mendapatkanmu lebih awal. Karena denganku, kau takkan pernah jadi yang kedua. Semenjak pandangan pertama hingga kini, buatku kau akan selalu jadi yang pertama ... Satu-satunya. Selamanya ... "
.
Bulir bening yang tadi mengintip kini meluncuri pipi Hasna. Meninggalkan rasa hangat yang sama dengan kehangatan yang tiba-tiba merebak dalam dada. Hasna tak tahu harus bagaimana. Ia sendiri tak mampu menerjemahkan yang ia rasa.

🌿🌿🌿

(Bersambung)

Maafkaaaan baru update. Sebenarnya udah ditulis dari Minggu kemarin tapi baru bisa posting hari ini wkwkwk 😅 Thanks udah bersabar nunggu JDA
.
Adegan ini terinspirasi dari bocah yang seneng main balon yang dari air sabun, kalo di sini  namanya pelembungan 😬 (Eh apa sih namanya?) Kayaknya bawa efek gimanaaa gitu kalo ada balon-balon, apalagi latar senja, plus backsound akustik. Beuh! (Author haluuu) 🤣
.
Kira-kira gimana ya respon Hasna setelah Fahri menyatakan cinta?
.
Sebenarnya author tuh kesel juga sama Hasna di sini. Kenapa coba? Yes. Bener banget! Udah dilarang ketemu Fahri masiiiih aja ngeyel.
.
Setuju gak sih kalo berdekatan dengan pria lain ketika sudah bersuami itu adalah BIG NO NO?
.
Jadinya kan complicated kayak sekarang hadeuh!
.
Well, Hasna seperti banyak karakter fiksi lainnya, meski punya sisi baik, tetap tak luput dari alpa dan dosa. Kealpaan tokoh inilah biasanya yang jadi benih konflik dalam cerita.
.
Tunggu kelanjutan kisahnya ya 😁

🌿🌿🌿

JANGAN DUAKAN AKUWhere stories live. Discover now