I'M SORRY, DARLING

5.8K 327 10
                                    

🌿

Selepas azan subuh, Hasna mengusap pelan wajahnya yang masih diselimuti kantuk. Fajar kali ini tak ada kecupan lembut di kedua mata yang biasa membangunkannya. Semalam ia bergelung sendiri di peraduan. Bertarung dengan gelisah yang membuat matanya enggan tertutup.

Semenjak tahu suaminya memiliki istri pertama, tiap minggu, Hasna harus rela melewati beberapa malam sendirian dalam resah. Sebelum ini ia bisa melewatinya dengan tenang, karena ia tahu sang suami sedang melakukan perjalanan bisnis. Namun, kini gundah rasanya tak mau pergi, karena Hasna tahu bukan bisnis yang sedang Ilham geluti, tapi Airin.

Setelah membasuh anggota tubuh dengan air wudhu, Hasna mengenakan mukena berbahan satin dengan warna violet dan memulai salatnya. Dua rakaat sunnah dan dua rakaat wajib tunai sudah. Hasna menghirup udara sejuk yang menelusup dari ventilasi kayu yang menghadap kolam. Sejuknya melonggarkan sesak yang diam-diam merayap dari semalam. Hasna tak bisa mengeyahkan bayangan lelakinya berbagi ranjang dengan wanita lain. Rasanya bak dihantam godam cemburu. Membuat keping hatinya berserak menyisakan sesak.

Dihapusnya, entah linangan keberapa yang menjejaki wajahnya. Perlahan ia meraih Alquran terjemah, berharap mendarasnya akan mengusir pedih yang sejak semalam bersarang. Hasna menyempatkan diri membaca terjemahan ayat yang ia baca. Ia selalu ingat pesan Ummi bahwa salah satu cara untuk ‘mendengarkan’ nasihat Allah adalah dengan membaca dan memahami firmannya.  Maka berdoa dan tilawah adalah bincang mesra antara seorang hamba dengan Rabbnya.

Batin Hasna diliputi kedamaian. Alquran memiliki energi yang ia sendiri tak sanggup menjelaskan. Energi yang meluaskan hati, menenangkan pikiran, dan menguatkan keyakinan.

Hasna baru saja akan ke dapur dan menyiapkan sarapan ketika ponselnya bergetar lembut di meja. Sebuah panggilan masuk. Hanya ada satu orang yang akan meneleponnya sepagi ini.

“Assalamualaikum, Mas.”

[Walaikumsalam. Sudah subuh kan?]

Suara Ilham terdengar renyah di telinga Hasna. Betapa ia merindukan suara itu.

“Sudah, Mas,” jawab Hasna singkat.

[Gimana tidurnya semalam?]

Hasna terdiam cukup lama. Membiarkan keheningan menjawab pertanyaan Ilham.  Dalam hati ia bergumam kesal, mengapa Ilham menanyakan hal seperti itu. Pasti ia sudah tahu jawabannya. Ingin rasanya Hasna membalas dengan ucapan, rasanya seperti kau tahu kekasihmu sedang tidur dengan yang lain, namun ia mengurungkannya.

[Maafin aku ya… ] sambung Ilham seolah tahu istrinya itu sedang menahan sesak.

“Aku nggak apa-apa kok, Mas. Aku kan udah biasa Mas tinggal…,” Hasna berusaha menyembunyikan serak dalam suaranya.
[Mas akan pulang dua hari lagi. Sabar, ya…]

Setelah bertukar kata cinta mereka pun mengakhiri sambungan telepon. Saat hendak meletakan ponsel, Hasna baru sadar ada sebuah pesan yang belum ia baca. Pesan WA itu baru masuk dini hari tadi, setelah ia berhasil terlelap. Aneh sekali, gumam Hasna. Ia tak mengenal nomor pengirimnya. Perlahan ia pun membukanya. Seseorang mengirimkan beberapa gambar yang masih buram karena belum diunduh. Tanpa pikir panjang, Hasna mengunduhnya.

Gambar pun mulai terpampang jelas. Hasna membekap mulutnya sendiri. Syok saat melihat foto-foto di dalam pesan tersebut. Tangannya gemetar. Ia jatuh terduduk di sofa. Dalam foto terlihat wajah lelaki yang ia cintai, yang baru saja bertukar kata cinta dengannya lewat udara, sedang bermesraan dengan seorang wanita berambut panjang. Foto itu hanya menampakkan kepala mereka. Terlihat sekali sang wanita sengaja selfie saat Ilham tak melihat.

Bola mata sang wanita berambut panjang itu mendelik ke arah kamera. Hasna takkan lupa wajah itu. Wajah yang membuat malam-malamnya gelisah tergodam cemburu. Airin!

Kalimat chat di bawah foto itu semakin membuat Hasna kalut dalam api cemburu.

[Kau tahu, Ilham bilang, aku lebih baik darimu saat bercumbu. Dia bilang aku lebih cantik darimu. Hahaha siapa yang jelek sekarang, Anna?]

Hasna membanting ponselnya hingga baterainya terlepas. Lava emosi naik ke ubun-ubunnya. Rasanya ia ingin meledak karena api cemburu. Pertahanannya runtuh sudah.

“Aargh!” lelehan emosi dan air mata membanjiri wajah Hasna. Ia pun rubuh tersedu sambil mengadu,

'Aku tak sanggup jika seperti ini, Ya Rabb'

***

(Bandung, tahun 1999)

“Dengar ya, cewek jelek kayak kamu, nggak pantes buat Daniel!” Seorang gadis berambut panjang, berseragam SMA terlihat menoyor seorang gadis berkacamata. Gadis berkacamata itu menatap penuh dendam. Ia sangat membenci gadis cantik dan kaya di hadapannya.

“Iya Anna, bener! Berani-beraninya Si Cupu ini SKSD sama Daniel. Nggak tau diri!” timpal gadis yang lain. Mereka pun terbahak sambil membuat lelucon tentang si gadis berkacamata.

***

Tawa mereka membahana dalam memori Airin. Seolah baru terjadi kemarin, Hasna dan gengnya membully dirinya. Ia dirundung karena penampilan dan kedekatannya dengan seorang lelaki populer di sekolah. Rasa dendam itu tak pernah pergi dari dalam hatinya. Ia ingat betul rasa sakit yang mereka toreh di masa mudanya. Kini takdir membuatnya memiliki kesempatan untuk membalaskan dendam yang bersarang dalam dadanya selama belasan tahun.

Airin tertawa kecil sambil melihat pesan yang ia kirim pada Hasna dini hari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airin tertawa kecil sambil melihat pesan yang ia kirim pada Hasna dini hari tadi. Fotonya asli tapi ia membumbui pesan itu dengan sedikit dusta. Ia bisa membayangkan Hasna merasakan perasaan pedih yang sama seperti yang ia rasakan dulu. Bahkan mungkin lebih dan Airin menyukainya.

'What a sweet… sweet revenge. I’m sorry, Anna darling. You only get what you’ve paid for,' gumam Airin sambil bersenandung dalam hati.

“Kau terlihat bahagia sekali hari ini.” Suara renyah seorang pria menyadarkan lamunan Airin. Airin menutup laman ponselnya dan tersenyum memandang suaminya yang baru saja bergabung untuk menyantap sarapan.

“Ada yang bikin kamu bahagia?” tanya Ilham penasaran sambil menuangkan gula dalam kopinya.

Senyum Airin makin lebar. Disentuhnya lengan Ilham seraya berkata,

“Kemarin sangat-sangat manis…”

***

Terjemahan :

'Sungguh balas dendam yang manis... Manis... Maaf Anna Sayang. Kau hanya dapat apa yang telah kau bayar.'

(Bersambung)

Huaaa kesel deh bikin part ini 😤 kalian bacanya kesel juga nggak?
.
Eniwei, terima kasih sudah membaca JDA teman-teman, update seperti biasa tiap Selasa dan Sabtu ya insyaallah 😊
.
Maafkan part yang ini telat upload di WP 😂🙏  padahal udah tayang duluan di KBM FB

JANGAN DUAKAN AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang