[23] Bumbu Cinta

Mulai dari awal
                                    

Aneh! Batin Damar dan Huda.

°°°

Ting!

"Eh, ponsel lo bunyi, tuh!" Ucap Leva.
Marsya lalu mengamati ponselnya. Di sana tertera nama Varel. Namun, ia hanya mengabaikannya saja.

"Kok gak lo bales?" Tanya Leva lagi.

"Gak papa, kok! Lagian gak penting juga." Balas Marsya. Suasana hatinya kini sedang tak baik. Antara kecewa dan marah, entahlah. Dia tak paham.

"Emang dari siapa, sih?" Lagi-lagi Leva bertanya.

"Bukan siapa-siapa."

"Wooii! Marsaaa!!" Syifa berteriak dengan sedikit keras.

"Volumenya mbak!" Ucap  Marsya kesal.

"Eh, kalian ternyata setia nungguin, ya!" Ucap Syifa dengan percaya dirinya.

"Enggak juga, tuh! Gue di sini cuman cari udara seger aja." Balas Marsya.

"Kalian gak mau ke kantin?" Tanya Sanah kemudian.

"Males." Jawab Syifa dan Marsya bersamaan.

"Eh, ayok kita main basket! Lagian waktu istirahat masih lumayan banyak." Ajak Leva. Oh, iya! Ketahuilah, Leva ini juga jago main basket.

"Males!" Balas Marsya.

"Elleh! Sok-sokan bilang males. Kalo nggak bisa tu bilang aja!" Ketus Syifa.

Sanah menghela nafasnya. Lagi-lagi mereka seperti ini.

"Apaan sih lo! Gue tau lo pinter basket! Gak usah mojokin orang juga, kali!" Sewot Marsya.

"Sudah sudah... Jangan berteman- eh! Jangan bertengkar maksudnya." Lerai Leva menengahi dua cewek keras kepala itu. Tak lupa ia juga menyertakan cengiran kudanya.

"Huh! Dia aja yang sombongnya kaya setan!" Lanjut Marsya.

"Emang lo pernah liat setan sombong?" Tanya Syifa dengan senyum miring.

"Udah! Lo!" Jawab Marsya enteng.

Hampir saja Syifa main jotos dengan Marsya jika tak ada Sanah dan Leva yang menghentikan mereka berdua.

"Udah, udah! Kalian ini kumat ya!" Ucap Sanah turut meredakan amarah keduanya.

"Udahlah, gue mau ke lapangan basket. Mau ikut, ga?" Ajak Leva lagi.

"Boleh!" Jawab Syifa dan Sanah.

"Ayok, Sya! Ntar kita ajarin, deh!" Ucap Leva dengan tatapan penuh harap.

"Iya deh, iya!" Pasrah Marsya.

Mereka pun menuju lapangan basket. Leva mulai mengajari Marsya permainan basket dengan sabar. Kecuali Syifa saja yang tak sabar melihat Marsya yang selalu gagal memasukkan bola ke dalam keranjang.

°°°

"Lan! Basket, kuy!" Ajak Huda. Damar mengangguk. Namun tidak dengan Akhlan.

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang