Gue paham dan peka. Kalau kata-kata itu adalah untuk mengakhiri hubungan romance masa SMA kita. Itu adalah kata-kata putus terindah yang pernah gue baca. Kita emang sebaiknya sahabatan, saudaraan, asalkan benar-benar enggak akan terpisahkan.

Kadang gue berpikir.

Tuhan gak adil. Waktu selalu salah. Takdir selalu jahat. Karena mempertemukan gue dan lo, membuat kisah romance kita terlihat membahagiakan, yang ujungnya-ujungnya tragis dan memisahkan, yang walau dipaksain ga akan mempan karena berhubungan jelas dengan keyakinan.

Tapi, gue salah karena menyalahkan. Karena itu semua dari gue. Usaha gue. Pintaan gue. Tuhan yang justru baik karena mempertemukan kita, mengenalkan gue ke cewek semacam lo, yang bikin gue selalu nyaman.

Balik lagi ke tujuan awal gue. Surat ini adalah balasan dari novel lo. Terdengar alay banget seorang cowok SMA nulis surat ke cewek. Tapi bagi gue. Enggak. Surat ini bahkan bukan apa-apa dibandingan curahan hati lo di dalam novel itu. Surat gue, hanya sebuah pintasan kecil sebagai ucapan perpisahan singkat untuk mantan kekasih, yang akan selalu jadi sahabat dan saudara gue.

Satu lagi. Gue pernah denger, pernah baca. Lo juga harus baca ini...

LDR terjatuh ketika Assalamualaikum dibalas dengan Shallom. Ketika muncul saingan antara Rosaria dengan arah Kiblat. Ketika aku membuka Alkitab sementara kamu membuka Al-Quran. Ketika aku menyanyi dan kamu beristigfar. Ketika aku mengalung salib dan kamu tasbih. Maka, aku tak tau bagaimana sebaiknya untuk menjalaninya?

Tertanda,

Dafa.

@

Rei tersenyum sambil tetap menikmati kertas yang telah ternodai huruf-huruf.

Lucu.

Surat yang terkirim tujuh tahun yang lalu itu, mengenang banyak sekali kisah. Setelah novel Rei diterbitkan, sehari sebelum meledak di masyarakat, Rei mengirimkan tiga novel untuk masing-masing sahabatnya. Dan Dafa jadi pembaca tercepat. Komunikasi yang tetap terjalin lewat handphone, memberitahukan kalau Dafa membaca novel tebal Rei hanya dalam setengah hari.

Seharusnya tidak perlu surat. Cukup sms atau telfon atau media sosial lainnya. Tapi surat dari Dafa muncul tiga hari setelahnya. Lewat POS. Dan lebih dari cukup membuat seorang gadis seperti Rei terharu.

Rei memahami banyak hal di dalam surat singkat itu. Tanggal 13 yang awalnya tak pernah dipedulikannya. Ternyata Dafa, seorang cowok yang sangat peka dengan sesuatu seperti itu. 13 menjadi sesuatu yang bersejarah untuk pria itu. Dan Rei, baru menyadari sejarahnya. Sehingga gadis itu tau, kenapa di tanggal 13 bulan ini ada acara istimewa sahabatnya itu.

Dafa masih memegang tanggal 13 yang menjadi angka istimewa.

"Non, udah sampai," timpal supir membuyarkan pikiran Rei.

Wanita berkerudung itu tersenyum sambil menarik napas panjangnya. Mempersiapkan diri untuk keluar dari mobil. Menyambut novel baru yang diterbitkannya hari ini.

Pintu mobil terbuka. Riuh suara memecah keheningan. Penggemar novel-novel yang diterbitkan penulis cantik itu berteriak senang. Kadang bukan sekedar suka novel, wanita yang cantik itu memusatkan perhatian untuk menambah rasa suka para penggemar.

Beberapa pengawal yang sudah standby membantu Rei agar segera masuk ke ruangan. Wanita itu berjalan mulus. Lolos dari para penggemar yang sibuk ingin menarik Rei. Entah untuk apa.

Dengan langkah cepat, Rei akhirnya aman di dalam ruangan. Ada seorang pria yang berwajah akrab menghampirinya.

"Ki... haii!!!" Rei menyambut sambil bersalam hangat dengan Riki. Sahabat pria yang selalu berdebat dengannya, kini berwajah makin dewasa.

Tiga Belas [COMPLETED]Where stories live. Discover now