"Menangislah. Tak apa. Tumpahkan semuanya. Aku di sini bersamamu -,"
Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Ku pandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda
Pikirkupun melayangDahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku
Kata mereka diriku slalu dimanjaKata mereka diriku slalu ditimang
Nada nada yang indahSlalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci
Tlah mengangkat diri iniJiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan
@
Tante Mira mematikan lagu yang sebelumnya berputar di handphone Rei. Sementara Rei yang tadinya sedang hikmat menghayati lagu itu, menatap orang yang tiba-tiba mematikan lagunya tanpa izin dengan tatapan datar. Seperti hal ini sudah biasa terjadi di hidupnya.
"Tante udah sering bilang, jangan ngegalau mulu!" ujar tante Mira geram.
Rei mengeluh.
"Aku gak galau tante, cuman suka musiknya aja," Rei beralasan.
"Lagian kamu tuh biasanya main dulu kalau pulang sekolah, sekarang kok akrab banget sama rumah?" sindir tante Mira."Mending kan kamu main sama Dafa daripada ngegalau di sini,"
Rei manyun.
"Ih kan aku udah bilang tante, aku tuh gak galau. Lagian bentar lagi juga ada ulangan kenaikan kelas, semuanya sibuk belajar," jawab Rei.
"Kok kamu gak belajar?" tanya tante Mira.
"Kan aku udah pinter. Gak usah belajar juga pasti bisa," timpal Rei songong.
Tante Mira bersiap menjitak Rei kesal, tapi gadis itu segera bangkit dari bangku teras sambil menahan tawanya. Rei menghindari tante Mira kemudian melewatinya hingga gadis itu berhasil masuk ke kamarnya tanpa dijitak tante Mira.
Di balik pintu kamar Rei yang sudah aman terkunci. Tante Mira berteriak histeris. Kesal dengan sikap jahil Rei, walaupun itu hanya sekedar guyonan mereka.
Tawa kecil Rei perlahan berubah menjadi senyuman manis.
Ia memperhatikan kamarnya.
Dari sudut ke sudut.
Rei kemudian melangkah ke meja belajarnya. Duduk di kursi dengan santai.
Tangannya perlahan bergerak menyelinap ke balik barisan buku-buku pelajarannya. Ia bukan sengaja ingin mengambil salah satu buku kemudian membacanya. Tapi Rei tengah mengambil sebuah surat yang memang sengaja ia selipkan di antaranya.
Surat itu teraih dan terpegang di antara kedua tangan Rei. Kemudian ia membuka penutupnya dan mengambil kertas yang terlipat di dalamnya.
Rei membuka lipatan kertas itu.
"Untuk Rei
Anakku tercinta.
Anakku tersayang.
YOU ARE READING
Tiga Belas [COMPLETED]
Teen Fiction"Kenapa lo harus sembunyi?" tanya Dafa pelan. Rei diam. Sulit menjawab pertanyaan itu dengan sejujurnya. "Karena lo juga udah boongin gue," jawab Rei. "Tentang apa? Gue boong soal apa?" tanya Dafa. Rei menggigit mulutnya. Harusnya gadis ini tidak me...