BAB 22

922 65 2
                                    

"Bukan karena kebetulan. Tapi yang cerewet emang selalu jadi yang ngangenin"

Manusia itu adalah mahluk yang masih perlu bimbingan kapanpun dan dimanapun. Entah itu hanya sekedar makan atau minum, melaksanakan kewajiban, bercanda, atau menjalin suatu hubungan.

Dan yang masih umum dijumpai jaman sekarang adalah dimana sebuah hubungan yang makin melenceng dari yang seharusnya. Mungkin sebab itu juga, di jaman yang semakin modern banyak muncul kata-kata yang mengilustrasikan patah hati ; sowong; galau; gabut; bdmd; ldr; dan terakhir yang murni tapi huruf diganti angka (p4t4h h4t1).

Sebagian lagi, memiliki bimbingan yang salah untuk mengungkapkan perasaan mereka. Terlalu mencintai bisa jadi terlalu memanjakan. Terlalu perhatian bisa jadi terlalu mengekang. Pokok dari yang terlalu bisa jadi keterlaluan yang akhirnya bukan mengawetkan malah menghancurkan.

"Ini pagi-pagi kok siarannya malah curhatan gini sih," ujar Dafa yang kemudian mengganti channel radio mobilnya.

Dari beberapa channel, akhirnya saluran yang mengalunkan musik pagi ditemukan juga. Pria itu menambah volume dan mulai menikmati saluran radio yang diharapkannya.

Pagi yang cerah untuk berangkat ke sekolah.

Semenjak pacaran, kehidupan Rei tidak banyak dirubah. Gadis itu tetap memaksa berangkat ke sekolah dengan mobilnya sendiri tanpa harus diantar-jemput oleh pacarnya. Rei juga setia bermalam minggu di rumahnya.

Yang berubah, terkadang hanya beberapa hari di dalam seminggu. Saat Dafa mengajak ketemuan, main, yang membuat pulangnya terlambat beberapa jam. Atau handphonenya yang selalu bergetar mengingatkan chat atau call dari pacarnya. Dan yang terakhir, kehidupan di sekolahnya yang sekarang jadi lebih diiming-imingi dengan kekasih baru selain dirinya.

Bety dan Riki.

Bety tetap menjadi gadis yang baik hati dan ramah. Dia tetap setia untuk duduk sebangku dengan Rei, mengobrol dan curhat, atau menemani Rei kemanapun di saat gadis itu butuh. Tapi bedanya, di mana ada Bety, di situ ada Riki.

Dan Riki, masih tetap sama untuk menjahilli Rei. Mengejeknya atau membuat ulah yang mengundang amarah dari gadis itu. Ujung-ujungnya, Bety menjadi wasit dari perkelahian Riki dan Rei.

"Bet, lo udah baca novel yang gue beri?" Rei mengingatkan novelnya, di sela jam pelajaran.

Bety terlihat terkejut.

Wajahnya hampir menjawab pertanyaan Rei. Rei bahkan sudah menarik napas kecewa.

"Belum... gue lupa," ujar Bety.

"Emangnya lo sekarang baca novel lo yang ke berapa?" tanya Rei.

"Gue masih dalam proses yang kedua, belum ending," jawab Bety."Lagian kita sekarang tuh banyak tugas Rei dan ujiannya kan udah deket. Gue gak sempet buat baca novel," tambahnya.

"Kecewa gue hadiahin lo novel," lirih Rei.

"Emangnya, lo inget judul novelnya apa, Rei?" tanya Bety remeh.

Ada bunyi celetuk di otak Rei.

Gadis itu kemudian menggeleng.

"Gue bahkan gak sempet baca judulnya," jawab Rei pelan.

Bety tertawa kecil.

"Eh, kalian berdua. Jangan ngobrol terus, ini masih pelajaran! Kamu juga Bety, kalau ketawa jangan sekarang," suara guru wanita di depan kelasnya ikut bergabung di tengah percakapan mereka.

Tiga Belas [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang