BAB 26

876 65 1
                                    

"Kita itu seperti foto, foto yang semakin lama akan semakin kusam, tapi di balik kusamnya foto itu selalu menyimpan banyak kenangan yang tak terlupakan... -Bmis"

Senja terbit dan tenggelam.

Detik terus berdetak. Jarum jam terus berputar tempat.

Sudah seminggu sejak Rei ditinggal oleh mamanya. Dan selama seminggu itu tidak ada kabar lain dari mamanya langsung selain apa yang diucapkan tante Mira.

Rei bingung bagaimana menyikapi seandainya ia bertemu mamanya. Harus marah atau memeluknya dengan rindu yang teramat. Gadis itu sudah cukup memendam selama seminggu ini. Mencoba menghibur kerinduannya dengan kesibukan membagikan tawa dan menerima kebahagiaan dari pacar serta sahabatnya.

Sementara tante Mira, tiba-tiba berubah menjadi mama kedua Rei. Wanita itu yang seminggu ini selalu menyambut kedatangan Rei di rumah. Menasehati dan kadang memeluk Rei agar bisa lebih sadar dengan mamanya. Rei tak menolak. Ia memang membutuhkan itu.

Dan minggu ini, gadis itu memutuskan untuk duduk di teras depan. Menunggu kedatangan mamanya yang mungkin jadi surprise hari ini.

"Nungguin mama kamu, ya?" tante Mira ikut bergabung duduk.

Rei mengangguk.

"Dia jadi pulang hari ini kan, tante?" tanya Rei memastikan.

"Hari ini kamu sama mama kamu pasti bakal ketemu, tapi mama kamu masih belum bisa pulang," ungkap tante Mira.

Rei terkejut. Tapi juga tak begitu memahami maksud tante Mira. Gadis itu hanya diam dengan perasaan yang tak tau harus bagaimana.

@
Aktivitas minggu setelah dari gereja. Dafa dan pasangan baru pasti berkumpul di kafe. Tapi hari ini sedikit berbeda. Karena Bety dan Riki seperti bersepakat untuk memasang raut wajah pilu.

"Kalian kenapa sih? Pertengkaran rumah tangga?" sindir Dafa.

"Daf, kita bukan lagi bertengkar," ujar Bety.

"Ini tentang Rei, Daf," tambah Riki.

Mendengar nama Rei yang disebut. Dafa melonjak kaget.

"Emangnya Rei kenapa?"

"Bukan Rei, tapi mamanya..." lirih Bety.

Ada hening beberapa detik sebelum akhirnya handphone Dafa menjawab penjelasan Bety tersebut. Dafa segera mengangkatnya begitu melihat penelfon adalah pacarnya sendiri.

"Ya, Rei?" Dafa pertama kali memulai bicara.

Samar-samar. Terdengar suara tangisan Rei sebelum gadis itu berbicara.

"Daf... mama..." Rei berkata tergagap diiringi isak tangisnya.

"Mama lo kenapa?" Dafa segera bereaksi. Matanya menatap sayu ke arah Bety dan Riki yang pasti sudah tau tentang ini semua.

Mata pilu yang tadi masih bersembunyi, akhirnya benar-benar keluar. Bety bahkan meneteskan air matanya.

@

Bety dan Riki agak terburu-buru mengikuti Dafa di belakangnya.

Sementara Dafa berlari di lorong-lorong rumah sakit.

Setelah menerima kabar itu, Rei adalah satu-satunya yang memenuhi otak Dafa. Pria itu hanya tak bisa membayangkan betapa terpuruknya gadis yang dicintainya sekarang.

Dan langkah Dafa yang semula cepat, akhirnya perlahan berhenti ketika melihat Rei duduk sambil menangis di sana. Sementara tante Mira menenangkan Rei dengan sesekali mengelus punggung Rei.

Tiga Belas [COMPLETED]Where stories live. Discover now