BAB 8

2K 138 1
                                    


"Dia teman terbaik yang selalu ada untukmu. Dia orang terbaik yang selalu ada di hatimu. Jadi, dia yang mana yang kamu pilih itu?"

Bety menghapus air matanya.

Gadis itu kemudian meninggalkan lorong dan berjalan menuju UKS. Kembali menengok Dafa.

Seperti apa yang takdir katakan. Bety tepat berada di sana ketika Dafa berbincang dengan Rei. Berdebat dengannya, sampai akhirnya Dafa mengungkap perasaan itu.

Bety benar-benar terkejut.

Bukan cuman karena Dafa mencintai gadis lain, tapi juga karena gadis itu adalah sahabatnya sendiri, Rei.

Rei dan Dafa kemudian menyadari kehadiran Bety yang menangis.

Rei tak sanggup berkata apa-apa.

Gadis itu tau apa yang sahabatnya rasakan. Harusnya semua ini tak terjadi. Rei lebih mengenal Bety ketimbang Dafa yang masih beberapa hari dekat dengannya.

Bety lebih disayangnya dari siapapun.

Satu-satunya orang yang menjadi tempat Rei menuangkan apapun.

Bety tempat terbaik itu.

Tapi, mulai detik ini, tempat itu akan berubah. Meski direnovasi sebagus apapun, tak akan menjadi tempat yang nyaman lagi.

"Bety, kenapa lo nangis?" tanya Dafa pelan.

Pria itu benar-benar tak tau. Benar-benar tak menyadarinya.

Seperti apa kata Riki, Bety benar-benar terlihat menyedihkan.

Sangat...

"Daf, kalau lo berpikir gue orang yang tepat. Gue juga cinta sama lo. Itu salah!" ungkap Rei mengisi keheningan.

"Lo cuman orang baru di hidup gue. Lo sama dengan temen cowok gue yang lain. Lo cuman sebatas temen, cuman sebatas itu," tambah Rei.

"Rei!" seru Dafa tak percaya.

"Orang yang tulus, cinta, dan sayang sama lo, itu Bety," ujar Rei.

"Bety yang harusnya lo cintain, bukan gue Daf..."

Dafa melirik pada Bety yang masih menangis.

Gadis itu masih sesenggukan.

"Gue enggak suka jadi orang ketiga. Dimanapun tempatnya, gue benci itu," lirih Rei. Ia kemudian berjalan pergi. Meninggalkan Bety dan Dafa.

Dafa menatap raut wajah Bety yang terluka.

Bety sendiri menangis menatap lantai di bawah. Ia tetap sesenggukan.

Terlalu berat menerima semuanya.

Sangat berat.

@

Rei masuk ke kamar mandi. Gadis itu berdiri di depan cermin, memandangi dirinya. Air matanya yang sedari tadi berkaca-kaca, akhirnya meluapkan air mata.

Rei juga menangis.

Di depan bayangannya sendiri.

Pada akhirnya, semua orang terluka. Takdir telah mempermainkan mereka. Karena takdir telah menghubungkannya. Karena Tuhan selalu menguji hambanya. Apakah cinta sesama mahluknya lebih besar daripada cintanya pada Tuhan yang telah menciptakannya?

Tiga Belas [COMPLETED]Where stories live. Discover now