BAB 31

777 63 0
                                    

"Terkadang, bodoh amat itu perlu,-"

Waktu berlabuh semakin jauh.

Menyakitkan memang meninggalkan kenangan dalam kesendirian, tapi menyenangkan untuk kembali mengusiknya cukup di dalam ingatan.

Rei kembali mengisi dirinya dengan senyum ceria.

Semuanya serasa kembali pada awalnya. Gadis itu kembali menjadi Rei yang tak akan bisa pudar dari tawanya.

Dafa terus menemani dan menggandeng Rei kemanapun gadis itu hendak melangkah.

Bety selalu setia mendukung dan mendorongnya melakukan segala yang terbaik.

Riki akan selalu membuat kejutan kecil yang membuat Rei kesal sekaligus bahagia.

Dan tante Mira berhasil memposisikan dirinya menjadi seorang teman, perawat, pemberi kasih sayang, dan mama yang baru untuk Rei.

Berkat tante Mira, pengoyaknya untuk terus belajar dan belajar ketika atau sebelum ujian tiba, gadis itu berhasil meningkatkan prestasinya. Bersyukur nilainya tidak ada yang di bawah 8, suatu kemajuan yang pesat bagi seorang gadis yang alergi dengan buku seperti Rei.

Kehidupan adalah waktu dimana selalu ada ajaran baru. Tiap detik kehidupan yang berharga berisi buih-buih ajaran untuk memberikan pengarahan yang terbaik bagi setiap hamba Tuhan.

Karena setiap yang dilakukan, setiap yang terjadi, setiap yang diterima adalah tentang pengarahan menjalani hidup yang lebih baik.

Tuhan sangat menyayangi mahluknya. Sehingga ia akan selalu menguji keimanan tiap insan yang diciptakan-Nya.

@

Bel pulang berbunyi nyaring.

Sebenarnya, itu adalah bel terakhir yang telah didengarkan anak kelas sepuluh. Karena sabtu esok, sampai tiga minggu selanjutnya, libur panjang akan dimulai. Dan setelah menamatkan hari libur itu, akan ada bed kelas baru.

"Besok main yuk, Rei," ajak Bety sambil membereskan tasnya di dalam kelas.

"Berdua doang?" tanya Rei.

Bety mengangguk.

"Udah lama kita gak ngedate. Gua bosen jalan sama cowok melulu," jawab Bety geli.

"Sama nih," Rei setuju."Jadi, kemana?" tanyanya kemudian berdiri dan bersiap meninggalkan bangku diikuti Bety.

Keduanya masih tetap berbincang sambil melangkah semakin mendekat ke pintu kelas.

"Besok jalan, kuy!" Riki bersemangat menghadang di tengah-tengah pintu.

"Ogah," ujar Rei ketus.

"Yee... gua gak ngajak lu kali..." timpal Riki.

Kemudian pria itu melirik ke gadisnya.

"Besok gua ada date sama Rei," ujar Bety pelan sambil menahan tawa geli.

Mendengar jawaban itu, wajah Riki berubah datar. Kosong. Karena udah kalah satu langkah dari Rei.

"Kalian berduaan doang? Gak takut?" Riki masih berusaha membujuk.

Rei mendorong bahu Riki agar segera menyingkir dari pintu.

"Emangnya lu, penakut!" ledek Rei geli.

Bety akhirnya mengumbar tawanya.

Riki kemudian menarik tangan Bety.

"Acaranya besok kan sama Rei? Hari ini sama gue, yuk!" ujar Riki kemudian menarik Bety tanpa persetujuan darinya.

"Eh, Riki," Bety terkejut. Tapi Riki terus saja melangkah.

Tiga Belas [COMPLETED]Where stories live. Discover now