8 | Bukan Kencan Biasa

1.1K 89 52
                                    

MALAM minggu.

Rajendra masih betah di rumahnya. Dia bahkan ikut makan malam bersama keluarganya. Dia juga sangat akrab dengan Daddy dan abangnya, tapi sesekali disembur gerutuan dari Nancy. Tampaknya gadis itu masih kesal, pasalnya cowok yang mengaku-ngaku sebagai calon suami tantenya itu bermain curang!

Mana ada istilah redzone dalam permainan monopoli?

Emang dasar ya kalau otaknya ditaruh di selangkangan!

Beralih pada tokoh Qia. Sejak tadi, dia terus menilik ponselnya; seperti menunggu chat atau telepon dari seseorang. Hal itu kontan menarik perhatian Rajendra, sebelum akhirnya cowok berambut gondrong itu berbisik, "Nungguin siape, sih?"

"Bukan urusan Anda. Tolong jangan ikut campur."

Mengalah, Rajendra menjauhkan jarak. Dia kembali nimbrung obrolan Keano dan ayahnya. Hingga bel depan berbunyi, Qia dengan cepat siuh, dan membukakan pintu. Seketika keruh di wajahnya berubah cerah, kala dijumpainya tokoh Raskal berdiri tepat di hadapannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa 'alaikumsalam."

"Jadi?"

Qia mengangguk, senyum di wajahnya terbentuk.

Raskal ikut tersenyum. "Orang tua kamu ada?"

"Tuh Daddy sama abang di dalem." Qia menunjuk ke arah dalam, "Kalau Mama di surga." Terselip nada pilu yang disamarkan dengan senyum teguh. "Yuk, masuk!"

Raskal mengangguk-sedikit merasa bersalah.

Tiba di meja makan, Raskal dipersilakan duduk oleh Daddy, diajak makan bersama. Dia hendak menolak dengan halus, tapi tarikan Qia membuat niatnya terurung. Dia duduk di samping kanan Qia sementara di sebelah kirinya, Rajendra tampak khusyuk dengan ayam goreng buatan Mbak War.

"Makan, Bang, makan. Anggap aja rumah majikan," celetuk Rajendra, sukses menggelitik perut Nancy. Gadis itu tergelak geli, ditegur Qia lewat pelototan. Buru-buru Rajendra meralat, pura-pura khilaf. "Ya ampun, Bang! Sori, mulut gue suka pedes kalau lagi jealous."

"Jealous sama siapa?" sela Handoko.

Dijawab Keano, "Jealous sama gebetannya Qia, Dad."

"Ooh, Jeje suka sama Qia?"

"Tepat sekali!" Rajendra membentuk jarinya menjadi simbol finger heart, "Mau kasih Om dua juta, tapi boro-boro dua juta, dua rebu aja saya masih minta Eyang."

"Nah, tugas Jeje kalau mau bahagiain anak Om; belajar untuk mandiri," ujar Handoko, seolah memberi lampu hijau. Membuat Raskal yang duduk di hadapannya kontan mengeraskan rahang disadari Qia yang kemudian memperkenalkan sang senior.

"Oh, ya, Dad ... kenalin, Kak Raskal. Senior Qia di kampus. Dia ini ketua BEM loh." Qia terlihat sangat bangga, pun ayahnya yang mendengar.

Otomatis Rajendra yang nggak terima langsung menyambar, "Saya juga ketua loh, Om. Ketua OSIS, tapi dulu. Keren nggak sih, Om?"

"Halah, jabatan udah expaet aja dipamerin!" cibir Qia, dibalas dengan ucapan terima kasih oleh Rajendra, dan ditanggapi Qia dengan kata sama-sama.

Qiana [Rewrite]Where stories live. Discover now