Bab 14 - Lelaki yang Kembali Hadir

Start from the beginning
                                    

Kepalanya terasa berputar. Hiasan melati yang semula harum kini terasa memuakkan. Teh hangat yang diminum cukup menenangkan tubuh, tapi tidak jiwanya.

"Kamu kenapa? Kayak habis ngeliat setan." Lintang berusaha menepuk punggung Fathiya, tapi wanita itu tanpa sadar menyentaknya menjauh.

Pikiran Fathiya campur aduk.

Kenapa dia harus datang? Kenapa harus di saat-saat hatiku sedang berjuang untuk melupakan, dia justru berani hadir lagi? Ke mana aja dia selama ini? Apa dia sengaja melakukan ini untuk membuatku menderita? Harusnya dia pergi saja!

"Fath?" Kali ini Lintang memanggil dengan lebih lembut.

Fathiya menatap Lintang dengan perasaan terluka. Belum 24 jam sejak mereka sah menjadi suami istri, hatinya kembali terbagi. Apa sungguh kebahagiaan adalah sebuah ilusi baginya? Apakah sudah menjadi takdirnya untuk tak bisa melupakan luka itu seumur hidup?

Fathiya lelah. Dia tak ingin lagi menutupi segalanya. Memendam luka terbuka itu sendirian dan membiarkannya membusuk itu sungguh menyakitkan. Ia ingin meluapkan semua.

"Kak ..." Suara Fathiya seperti tersangkut di kerongkongan. Namun, ia sudah membulatkan tekad. Lintang harus tahu segalanya. Tidak ada rahasia diantara mereka. "Kak Raka tadi datang."

Suara gebrakan keras ke meja dan Lintang yang mendadak berdiri tegak membuat jantung Fathiya seperti lepas dari tempatnya. Wajah Lintang yang semula penuh kekhawatiran berubah menjadi merah penuh amarah.

Rahang Lintang bergerak ketika kedua rahangnya beradu. Bola mata hitam pekat itu bergerak-gerak menyisir ingatannya mencari sosok pria sepantar. Pria yang katanya cukup tampan dan memancarkan pesona. Laki-laki yang tadi mengenakan setelan jas hitam mengilap dan terkesan mahal. Tampak mencolok dibanding tamu lain. Sosok yang sempat dirinya pikir sebagai bos Fathiya di kantor.

"Jadi dia!" Kedua tangannya mengepal erat seiring getaran lengannya menahan semua gejolak yang sedari tadi menyergap hebat. Baru dia hendak bergerak keluar ruangan, tangan mungil Fathiya menariknya.

"Kakak mau apa?"

"Jelas aku akan menyeretnya ke sini dan memaksanya berlutut minta maaf di hadapanmu!" Lintang menyentak genggaman Fathiya dan setengah berlari meninggalkan ruang rias.

Fathiya pias. Wanita itu bergegas menyusul Lintang meski kepalanya masih sedikit berputar. Ya, Allah ... jangan sampai ada kekacauan!

Belum sempat keduanya berbelok ke arah hall utama, Fajar dan Tanti muncul.

"Gimana Fathiya?" Fajar terkejut melihat Lintang keluar sendirian.

"Ma ... Pa...." Fathiya menyusul beberapa detik di belakang.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang?" Tanti langsung datang dan merangkul anaknya erat.

Fathiya hanya menggeleng pelan. "Kak Raka tadi datang," ujarnya lirih.

Pandangan Fajar meredup. "Iya. Papa tadi sudah usir pria kurang ajar itu! Iya kan, Ma?" Fajar ganti menatap Tanti yang hanya mengangkat bahu tak acuh.

Napas Lintang masih terdengar memburu sebelum pria itu mengisap udara dalam-dalam dan mengembuskannya tak kalah lama dan pelan.

"Fath, apa kamu mau istirahat lagi?" Lintang sudah bisa mengontrol senyumnya lagi. Amarah itu masih berpusar di perutnya. Keinginan untuk menghajar Raka hingga babak belur masih bercokol kuat di sana. Akan tetapi, ia harus bisa tenang. Ini acara besar, sifat impulsif tidak akan membawa dampak positif apa pun.

"Kita ke panggung saja. Sebentar lagi acara selesai. Aku nggak enak sama tamu yang belum kita temui." Fathiya memaksakan diri untuk tersenyum meski yang terlihat hanyalah lengkung keterpaksaan.

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaWhere stories live. Discover now