Bab 4 - Sahabat Setia

40.8K 2.3K 431
                                    

Dapat 100 vote, up lagi Ahad. Kalau enggak, sampai jumpa Selasa

[vote awal 2,25k jadi 2,35k]

Masa lalu kadang membelit dan mengikat hingga kita tak mampu keluar dari jeratan eratnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa lalu kadang membelit dan mengikat hingga kita tak mampu keluar dari jeratan eratnya.

Masa lalu kadang membelit dan mengikat hingga kita tak mampu keluar dari jeratan eratnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesosok pria jangkung dengan kulit sawo matang tersenyum ke arah Fathiya. Dagu berbelah dan senyum lebar yang tak lekang menghias, terlihat memesona. Ada pancaran wibawa sekaligus menyejukkan terpancar dari pria yang kini hanya berjarak satu meter dengan wanita itu.

"Kak Lintang? Kak Lintang Pradisya?" Fathiya bertanya ragu setelah mengamati detail rupa pria yang menyapanya itu. Wajah yang membawanya kembali menelusuri jejak masa lampau. Masa di mana dirinya belum mengenal begini banyak duka nestapa.

"Lintang Pradisya?" Davina menjerit tertahan. "Ini Kak Lintang yang ..." Satu injakan keras langsung dirasakan Davina tanpa ampun. Wajahnya mengerucut menahan sakit yang berdenyut terhantam sepatu wedges dengan sol kayu tebal.

Fathiya menarik napas berusaha menenangkan diri dari kehebohan yang dibuat Davina. Tentu saja Davina tahu siapa Lintang. Sahabatnya itu yang paling tahu apa pun yang ada di hatinya. Hanya pada Davina, Fathiya berani terbuka. Fathiya kembali mendongak dan tersenyum mengalihkan rasa malunya.

Sosok di hadapannya masih mirip dengan yang ada dalam ingatannya lebih dari sepuluh tahun lalu. Hanya saja, tubuh pria itu kini lebih tegap dan gagah. Kemeja biru lengan pendek memperlihatkan otot lengan yang terlatih, meskipun kedewasaan ternyata tak mampu mengubah rambut agak berombak berwarna kemerahannya itu.

"Alhamdulillah, masih inget! Kupikir kamu lupa." Lagi-lagi senyum ceria itu memancarkan pesona. Tak berubah. Ramah dan mengayomi siapa pun yang diajak bicara.

Fathiya makin salah tingkah, terlebih ketika teman-temannya mulai ribut minta dikenalkan. Wanita dengan tinggi 155 sentimeter itu bangkit berdiri demi menjaga kesopanan. Dia terkejut ketika harus mendongak cukup jauh karena posisi kepalanya tak lebih dari bahu Lintang. Dulu, rasanya mereka tidak terpaut jauh. Ternyata Lintang masih bertumbuh sejak terakhir mereka bertemu.

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang