Bab 8 - Lupa Ganti Judul Bab

759 81 8
                                    

Dapat 100 vote, up lagi Ahad [3x seminggu]. Kalau enggak, sampai jumpa Jumat

[vote awal 40 jadi 140]

[vote awal 40 jadi 140]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KISAH SEBELUMNYA

Suara ludah yang ditelan terdengar di telinga Lintang kala berusaha memasukkan semua fakta pahit kembali ke dadanya. Bahkan ketika akhirnya ia menghilang dari sekolah, Fathiya masih tak menyinggung soal surat. Lintang pun tak berani bertanya apakah gadis itu sudah mendapatkan izin.

Hingga berbulan kemudian, sepucuk surat yang dinanti tak kunjung tiba. Saat itulah Lintang tahu dia sudah patah hati.

🍜🍜🍜

"Maaf," Fathiya berbisik lirih. Ia sungguh tak menyangka kalau Lintang menanti-nantikan suratnya. Lagi-lagi perempuan itu memilin-milin bros dagunya gugup.

"Tidak apa-apa. Ibumu pasti melarang, ya?" Lintang tersenyum maklum.

Fathiya membenarkan, jemari lentiknya menggenggam erat gelas es kelapa yang sudah kosong. Bagaimana mungkin ia bisa menjelaskan kalau ibunya sangat marah ketika tahu siapa Lintang---anak pedagang mi gerobak di tepi kali Bekasi.

Setiap kalimat yang dimuntahkan ibunya sampai sekarang masih terbayang di kepala. Membuat gigil menyergap raga. Fathiya tidak ingin lagi mengingatnya.

"Aku nggak memaksa. Hanya saja, sudah lama aku ingin menjadikanmu istri. Kupikir kesempatan itu sudah nggak ada. Namun, hari ini semuanya berubah." Lintang kembali tersenyum penuh arti ke arah Fathiya. "Mungkin ini kesempatan yang Allah berikan untuk memperbaiki semua yang pernah kulakukan."

"Memperbaiki?" Fathiya tak mengerti.

Lintang menyugar rambutnya seolah berusaha menyingkirkan semua keraguan. "Sejak dulu aku takut mencari keberadaanmu karena kondisi ekonomiku. Lagi pula, dengan nggak adanya surat darimu cukup membuktikan bahwa aku nggak diharapkan." Ada getir selintas terdengar.

"Apakah rasa itu masih ada?" Pertanyaan yang tiba-tiba saja terlontar dari mulut Fathiya menyentak Lintang.

"Tentu saja. Enggak pernah ada wanita lain hadir dalam hatiku. Meski yang ada dalam ingatan hanyalah sosokmu dengan seragam putih abu-abu."

Fathiya tercenung, memikirkan semua informasi yang baru saja diterimanya. "Kenapa? Kenapa rasa itu nggak menghilang padahal aku sudah nggak ada?"

Lintang terdiam. Wanita di hadapannya mencari kejelasan. Mungkin juga jawaban kenapa ada ganjalan di hati Fathiya terhadap pria yang sempat singgah di hatinya itu. Rupanya luka yang dialaminya terlalu dalam untuk membuatnya percaya pada orang lain.

Pria itu mafhum sekaligus marah. Bukan marah pada Fathiya, tapi marah pada siapa pun yang ada di balik rasa trauma wanita yang dicintainya itu.

"Mungkin penyesalan?"

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang