Bab 6 - Masa Lalu Bahagia

1.1K 93 8
                                    

Dapat 99 vote, up lagi Ahad. Kalau enggak, sampai jumpa Selasa

[vote awal 41 jadi 140]

[vote awal 41 jadi 140]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KISAH SEBELUMNYA

Fathiya mendongak kaget. Diliriknya Davina yang kini mengangkat satu alis dan tersenyum tipis. Ia ingin menolak, tapi merasa tak enak hati.

 Ia ingin menolak, tapi merasa tak enak hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngobrol di sana aja, bukan berduaan, kok." Lintang menunjuk meja kosong di tepi kedai. Ada senyuman canggung menghias. Untung Fathiya lebih memilih mengamati tempat yang ditunjuk hingga tak menyadari kegugupan pria itu sebelum akhirnya mengangguk.

"Aku nggak nyangka kamu ada di Depok." Lintang memulai pembicaraannya saat mereka sudah duduk berhadapan. Dua es kelapa muda tersuguh di depan keduanya dilengkapi embun dingin yang membasahi gelas kaca. Daging kelapa muda yang putih mengilap tampak menggiurkan.

Fathiya hanya tersenyum. Sesekali wanita itu mendongak melihat ekspresi lawan bicaranya. Namun, ia lebih sering menunduk. Hidung mancung, deretan gigi putih bersih, serta rahang tegas dan jantan, membuat Fathiya seketika salah tingkah.

Fathiya jarang berinteraksi dengan pria. Ada kerikuhan tersendiri jika bicara berdua saja seperti ini meski di tempat umum. Lagipula, Lintang memang cukup menarik walau tak setampan Raka. Pria di hadapannya terlihat gagah dan kuat, sementara Raka terkesan lembut dan menentramkan.

Lintang kini terkesan lebih dewasa. Ah, tentu saja! Umur pria itu sudah 29 tahun, bukan? Usia yang matang untuk menikah. Apa kedai ini juga dijalankan bersama istrinya?

"Aku ingin berterima kasih kepada yang mengajakmu ke sini." Pria itu mengeluarkan amplop putih dari saku bajunya. "Tolong kasih voucher makan gratis ini sebagai ucapan terima kasih dariku."

Fathiya kebingungan, tapi menerimanya dan mengucapkan terima kasih. "Sejak dulu, Kak Lintang memang perhatian, ya, sama orang."

Alis Lintang naik sedikit. "Kok gitu?"

Fathiya mengenang peristiwa saat mereka berdua masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Mulutnya pun mulai berkisah dan Lintang turut tenggelam dalam kenangan.

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang