Beruntung ibunya berkenan memasak lebih dan berbagi dengan So Hyun. Dengan demikian, Seung Youn memiliki alasan untuk mendatangi So Hyun. Lagi pula, tinggal sendiri, Seung Youn yakin, rekan kerjanya itu tidak begitu rajin memasak. Pengecualian ramen yang sering Seung Youn amati menjadi kebutuhan wajib gadis Kim tersebut. Gaya hidupnya membuat khawatir saja.

Gedung berlantai sepuluh, tempat gadis itu tinggal, sudah berasa di depan mata. Senyum pria Cho itu sekali lagi mengembang sebelum memutuskan 'tuk menyeberang.

Sebelum niatnya tertahan. Sebuah mobil sport mettalic berhenti tepat di seberang; depan gedung. Diikuti sosok yang tidak asing keluar dengan tersenyum. Lantas melambaikan tangan ramah. Ada rona malu saat melihat gadis tersebut tergelak karena lawan bicara yang tidak terlihat Seong Youn.

Seung Youn masih mengamati. Terpaku layaknya orang bodoh yang baru sadar kedatangannya mungkin sama sekali tak berguna. Senyum
lebar yang ia banggakan, beringsut masam. Bentuk kekecewaan yang tidak sulit dijabarkan.

Hingga mobil itu menghilang. Kehadirannya masih tak disadari. Entahlah, di titik ini, haruskah ia tetap pergi menemuinya atau sebaliknya.

"So Hyun-ah!"

Sulit, tapi Seung Youn memberanikan diri memanggil nama yang ikut memutar tubuhnya. Ekspresi wanita itu terkejut. Sepertinya tidak menduga kedatangan Seung Youn yang agak larut. Tanpa ada kabar, mengambil inisiatif begitu saja mendatangi rumahnya.

"Seung—"

"Aku membawakan ini!" potong Seung Youn sembari memberikan kotak makanan.

Seutas senyum dipaksakan tampil. Meski saat ini Seung Youn ingin bertanya  banyak, tapi ia urungkan. Kadang, rasa ingin tahu malah membawa luka. Setidaknya untuk hari ini, Seung Youn ingin mengakhiri malamnya dengannya indah. Meniadakan pikiran-pikiran yang belum memiliki kepastian. Gegabah mengartikan yang baru saja dilihat, bisa saja bukan langkah bijak.

"So Hyun-ah!"

Disusul suara lain yang menyela dari balik punggung Seung Youn. Pria jangkung yang mendadak bingung mendapati kehadiran pria lain di rumah kekasihnya.

Tersisa So Hyun yang mengigit bagian dalam bibirnya. Situasi ini terlihat buruk. Seong Youn dan Song Kang, kenapa harus bertemu seperti ini?

***

Segelas kopi berukuran medium, tergeletak di samping lengan Seung Youn. Pria itu ternyata telah tiba darinya. Mengenakan headset sembari memfokuskan pandangan ke layak komputer, agaknya sejak tadi ia sudah mencuri start bekerja di pagi ini.

Perasaan gamang menyelimuti So Hyun. Ia masih tidak enak hati karena membiarkan Seung Youn malam itu pulang tanpa sempat menjelaskan.

Bibir tipisnya sempat bergerak. Namun, tidak ada suara yang lolos. Bergerak sia-sia.

"Kau marah padaku?"

Jemari pria Cho itu terhenti, lalu mendongak, menatap So Hyun yang berdiri di sampingnya. Terlihat sendu untuk alasan yang tidak pasti.

"Kenapa? Apa aku seharusnya marah padamu?"
Seung Youn balik bertanya. Suaranya terdengar beda, lebih lirih. Matanya turut mengerjap lemas, seakan ia malas bertemu Sohyun.

ORACLE (END)Where stories live. Discover now