"Itu dia! Akhirny-,"

Tiba-tiba saja beberapa lampu yang menerangi bagian dalam gudang itu padam.

"Eoh? A-, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba.." sontak Nora menghentikan langkahnya. Jantungnya mulai berdegub lebih kencang, dengan gusar ia mengeluarkan smartphone dan langsung menyalakanya. Rasa takut mulai melingkupinya, secepat mungkin ia melangkah keluar dari kepungan furnitur-furnitur itu, beberapa kali kakinya secara tidak sengaja membentur furnitur, tapi ia tidak perduli. Ia masih melangkah cepat menuju satu-satunya pintu yang dimiliki gudang ini.

"Eoh! Ini kenapa? Aku yakin aku tidak menguncinya tapi kenapa malah terkunci?"

Berkali-kali ia mencoba membuka pintu itu tapi tetap saja tidak bisa. Ia tidak tahu kenapa pintu ini bisa terkunci padahal kunci gudang ini sedang berada dalam map putihnya sekarang, dengan keringat yang mulai mengucur deras ia segera pindah ke tempat lain, saklar lampu. Tanganya mulai menekan beberapa tombol saklar lampu itu, menyalakannya lalu mematikannya tapi tetap saja lampu-lampu itu tidak ada yang menyala.

"Hhh, apa yang harus kulakukan sekarang?" Nora berlari kembali menuju pintu utama dan berusaha membukannya sambil menggedor badan pintu dengan cukup keras.

"Cogiyo! Masih ada orang disini! Cogiyo! Cogiyo!" teriaknya keras.

Tidak ada sahutan.

"Kumohon,, siapa pun yang ada di luar sana tolong buka pintu ini! Cogiyo!!."

"Halo? Maaf Hyung, aku baru mengambil naskahku yang tertinggal di sini. Apa? Ah disini? Studio satu, Hyung tahu kan? Iya Hyung, aku dalam perjalanan ke tempat parkir sekarang. Iya."

Kang Woo mematikan sambungan telefonnya sambil melangkah cepat meninggalkan deretan studio yang terdapat di lapangan luas itu. Malam ini ia cukup beruntung, dibanding beberapa malam yang telah ia lewati, malam ini proses syuting berakhir cepat. Walaupun setelah ini ia harus segera menuju kantor manajemen untuk melakukan latihan vokal tapi paling tidak ia bisa mengistirahatkan badannya untuk beberapa saat.

Matanya masih mengawasi sekitarnya yang sepi dan gelap. Ia tidak tahu kenapa hanya ada satu penerangan yang terdapat di depan keempat deretan studio yang tengah dilewatinya sekarang. Membuat tempat ini cocok untuk digunakan dalam syuting drama thriller atau semacamnya. Gelap dan menakutkan. Ditambah lagi tidak ada orang lain disini selain dirinya.

"Eoh?" langkahnya sontak memelan melihat seorang pemuda yang terburu-buru mengambil dokumen yang berjatuhan kemudian berlari tanpa melihat kebelakang. Sesekali pemuda itu melihat ke kiri, satu studio yang digunakan untuk menyimpan properti drama. Raut ketakutan tergambar jelas diwajah pemuda itu.

"Ada apa dengannya?" dengan rasa penasaran yang mulai menjalar di pikirannya, Kang Woo mempercepat langkahnya menuju gudang penyimpanan properti itu. Ia lalu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu gudang. Diputarkannya kedua bola matanya mengitari sekitarnya. Tidak ada apa-apa, pikirnya. Tapi kenapa tadi pemuda itu terlihat ketakutan dan berlari begitu saja tanpa menoleh ke sekitarnya?

"Mungkin ia hanya berhalusinasi. Sudahlah, aku harus segera sampai di tempat parkir. Jae Yeong Hyung pasti sudah menungguku sekarang." Gumamnya sambil melangkah pelan. Ya, sepertinya memang begitu, siapa yang tidak akan berhalusinasi yang bukan-bukan jika melewati tempat segelap ini dan semalam ini?

Baru saja ia melangkah tapi tiba-tiba ia terhenti. Ditolehkannya kepalanya ke kiri dan matanya langsung menatap bingung pada pintu gudang di sampingnya.

Once Upon A Time in Seoul: A Serendipity EncounterWhere stories live. Discover now