7. Harapan Bertemu

47.6K 6.9K 866
                                    

Bagian Tujuh

Orang-orang sering sekali mengenang saat mereka ditinggalkan, hingga lupa bahwa mungkin saja sebenarnya mereka juga pernah berlaku sama kepada orang lain. Meninggalkan.
____

—Pull String—

Hari ini tepat satu minggu, setelah kepulanganku ke Jakarta. Dan yah, tepat satu minggu juga aku berpisah dengan Wira.

Satu minggu yang lalu, dua jam setelah Wira datang ke kamar hotelku. Dia pergi ke Pekanbaru, mengambil flight paling malam. Panggilan dari atasan, membuat dia tidak bisa menolak, sudah kewajibannya sebagai abdi negara. Siap ditempatkan dimana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja.

Esoknya, aku menyusul pulang ke Jakarta. Meskipun dalam kalender akademik dinyatakan libur, sebagai seorang dosen... aku tak pernah benar-benar libur. Ada tugas yang sewaktu-waktu memanggilku, seperti bimbingan mahasiswa, seminar karya ilmiah, atau bahkan riset penelitan.

Setelah hampir satu minggu aku berada di Bogor. Mengurusi ini itu tentang perkuliahan, malam tadi aku kembali ke Jakarta. Dan siang ini, aku ingin meliburkan diriku sejenak dari rutinitasku yang padat. Keliling Grand Indonesia, tampaknya, adalah pilihan paling tepat.

Selain keliling Grand Indonesia untuk merehatkan diri, tujuanku ke sini juga untuk bertemu dengan seseorang.

Juna.

Sejak kejadian di Bali, kami memang intens menghubungi. Tidak dua puluh empat jam sih, seperti yang dilakukan ABG jaman sekarang. Tapi minimal, kami menyempatkan diri untuk berbagi cerita yang kami lakukan hari tersebut.

How was your day?

Gimana hari ini? Penelitiannya lancar?

Atau

Jun, Belitung gimana?

Iya. Juna sekarang berada di Bangka, katanya dia sedang ada proyek di Bangka Botanical Garden. Dan malam tadi, ia ke Jakarta—ada proyek lagi. Aku tidak tahu proyek macam apa yang ia kerjakan, Juna paling hanya bilang "Mudah. Nggak jauh-jauhlah dari hal berbau hutan."

Nah, berhubung hari ini dia sedang kosong dan aku sudah berada di Jakarta. Kami menyempatkan bertemu, agak cringe sih... sudah tua tapi ketemuannya di mall.

Aku melirik handphone,sudah satu jam berlalu sejak jadwal janjian kami. Chat-ku belum dibalas oleh Juna, masih centang satu. Menelpon juga percuma, calling bukan ringing. Aku bingung dimana Juna sekarang, apa dia melupakan janjian kami atau tidak. Sedikit demi sedikit, aku memupus harapanku untuk tidak terlalu berharap kepadanya. Dan untuk mengalihkan rasa kecewa itu, aku memilih untuk masuk ke dalam Ranch Market yang berada di East Mall Grand Indonesia.

Besok, aku masih berada di Jakarta. Dan tiba-tiba saja kepikiran untuk masak sapo tahu favorit bunda. Semalam saat aku datang, bunda sempat ke kamarku, menanyakn kabarku selama satu minggu lantas secara gambling mengatakan rindu sapo tahu buatanku. Yah... gini-gini, di antara Riza dan Alia, aku yang paling pintar masak.

Sempurna banget kan aku tuh?

Iyain aja.

Tanganku sudah mendorong troli yang tadi aku ambil. Di balik genggaman itu, handphone-ku terselip, yah siapa tahu selama berbelanja, Juna menghubungiku.

Mataku menjelajahi rak demi rak bahan-bahan memasak yang berada di supermarket tersebut. Beberapa kali, aku berhenti untuk mengamati bahan, lantas memasukkannya ke dalam troli, jika aku anggap bahan itu akan kupakai. Dan menggembalikannya, jika kurasa bahan tersebut tidak berguna.

Pull StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang