"Kau—"

Suaranya berhenti sesaat sebuah mobil berhenti di bahu jalan. Persis di depan mini market yang So Hyun datangi. Mobil yang sama dengan milik Song Kang.

"Cepatlah naik!" Kaca dari pintu depan mobil bergerak turun. Wajah Song Kang yang terlihat tidak bersahabat, membuat langkahnya terasa lebih berat.

Suka tidak suka, So Hyun memasuki mobil pria Song tersebut. Dalam hati ia mengutuk semua perbuatan Song Kang.

"Kita mau ke mana?"

Jujur So Hyun cemas saat ini. Sikap Song Kang pelik. Sangat serius, tapi tergurat gelisah. Sekilas mengingatkan So Hyun pada masa lalu keduanya. Wajah seperti inilah yang terpasang kala dia meminta berpisah.

"Ke rumahmu," jawab pria jangkung itu singkat.

"Kenapa? Mau apa ke rumahku?"

Badan So Hyun tersentak kala Song Kang membawa mobil lebih kasar. Mendadak memberhentikan mobil dan menatapnya amat lekat. Bola matanya yang legam menjerumuskan So Hyun yang terkunci dalam tatapannya.

"So Hyun-ah, bagaimana kalau kita berpacaran lagi?"

Belum habis rasa kagetnya, Song Kang menarik tubuh So Hyun dengan mudah. Dalam sekejap, kedua bibir saling bertaut. Jiwa So Hyun serasa hilang dari raganya. Benar-benar kosong.

Beberapa lumatan lembut terkesan manis membuat ia terhenyak. Rasa bibir Song Kang berjejak di ingatannya.

Salahkah kalau ia menginginkan kenangan lama itu kembali?

***

"Sakit!"

Satu pukulan mendarat tepat di ubun kepala pria Song itu. Menggunakan sendok perak yang tidak begitu tebal, menjadi alat untuk menyiksa model yang ternyata sangat buruk dalam berakting.

"Yak! Apa kau benar-benar ingin bermain film seperti ini? Wah, pasti agensimu membayar besar agar kau bisa mendapatkan peran ini."

Song Kang merengut. Ia tidak suka dihina atau dikritik seperti sekarang. Akan tetapi, pada dasarnya ia juga menyadari kemampuannya sendiri. Dunia akting benar-benar baru untuknya. Belum lagi dengan harus mengingat rentetan dialog yang hingga sekarang tidak terhapal baik.

"Karena itulah aku memintamu mengajariku! Tapi tidak menyuruhmu untuk memukuliku! Ini namanya penyiksaan."

Mendesah panjang, kedua tangan So Hyun berkacak. Lidahnya bergerak di dalam mulut. Sebisa mungkin dia tidak ingin menyakiti pria yang juga memberi bayaran untuknya—gaji.

"So Hyun-ah, bagaimana kalau kita berkencan saja? Bukankah kita sudah kembali resmi menjadi pasangan kekasih."

Ah, So Hyun baru ingat. Tiba-tiba membahas itu, membuat ia mengingat kebodohannya beberapa waktu lalu. Seharusnya So Hyun tidak membalas ciuman Song Kang. Nyatanya, tidak. Ia ikut larut dalam permainan Song Kang.

Namun, semuanya belum pasti. Apa dengan ciuman saja bisa diartikan bahwa dia juga menyukai Song Kang? Bisa jadi semua itu karena terbuai kisah masa lalu.

"Kenapa dahimu berkerut? Jangan berpikir untuk kabur dariku. Ciuman tadi adalah bukti kalau kau sebenarnya juga masih menyukaiku. Bukan begitu?"

Song Kang memeluk pinggang So Hyun. Kesempatan yang tidak ia sia-siakan untuk mengambil hati wanita Kim itu. Seperti rencananya, Song Kang harus bisa mendapatkan hati So Hyun.

"Tapi aku dan kau yang sekarang—"

"Kenapa dengan aku yang sekarang?" potong Song Kang, "apa kau berpikir aku berubah? Aku tetap Song Kang yang menyukai gadis dingin sepertimu."

Tatapan itu masih sama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tatapan itu masih sama. So Hyun tahu bahwa tidak seharusnya terharu karena sikap Song Kang. Namun, kadang logika kalah dengan perasaan.

Contohnya seperti sekarang. Saat Song Kang kembali memeluknya, So Hyun bergelut dengan pemikiran yang sama. Mungkin dia memang masih menyukai pria Song tersebut.

***

To be continued

ORACLE (END)Where stories live. Discover now