"Yak! Lihat siapa yang mengejek diriku? Bukankah kau lebih parah dariku? Kau tidak pernah terlihat berkencan dengan siapa pun," balas So Hyun.

"Siapa yang bilang?"

Dahi So Hyun berkerut. Jawaban Seung Youn tidak seperti pemikirannya. Atau dia yang selama ini tidak tahu. Bisa saja pria itu berkencan dengan gadis lain, tapi tidak wajib memberitahukan padanya.

"Setiap pergi denganmu, aku selalu menghitungnya sebagai kencan." Jawaban lugas dan singkat, diikuti pria Cho yang tersenyum lebar. Sangat percaya diri.

Situasi ini tidak terduga. Terdengar asal, tapi membuatnya berdebar. Untuk beberapa detik, So Hyun terpaku dengan ucapan Seung Youn.

Debaran itu tidak mau hilang walau saat ini Seung Youn berada beberapa langkah di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Debaran itu tidak mau hilang walau saat ini Seung Youn berada beberapa langkah di depannya. Berbicara dengan salah satu rekan sambil memegang botol minuman, pria Cho itu seperti menujukkan sisi yang lain selama ini tidak disadari So Hyun.

"So Hyun-ah! Apa kau akan terus termenung di sana?"

Tangan So Hyun merasakan debaran di jantungnya. Masih terasa jelas. Sepertinya ia butuh beberapa detik lagi untuk menenangkan diri.

**

Baru keluar dari mini market yang tidak jauh dari tempat kerjanya, tutup botol minuman dingin yang dibelinya diputar mudah. Tenggorokannya jadi lebih nyaman setelah sensasi dingin melesat masuk. Dahaganya menghilang dengan beberapa teguk.

Langit mulai bergerak jingga. Suasana musim gugur masih kentara dengan warna daun yang sama, meski tersisa beberapa hari lagi sebelum memasuki musim dingin. Udara di luar pun  jauh lebih sejuk dan hanya ada ia sendiri.

Sedikit aneh karena biasanya selalu ada Seung Youn yang selalu mengikutinya tanpa diminta. Pengecualian untuk hari ini. Seung Youn dipaksa ikut bersama kru dari divisi lain. So Hyun yang merasa asing menolak sesaat Seung Youn menawarinya ikut serta. Sederhana saja, ia canggung dengan situasi yang tidak pernah melibatkan dia di dalamnya.

Fokusnya beralih pada suara nada dering ponselnya. Nama Song Kang tertera jelas di layarnya. Dengan berat hati, ia harus menerima panggilan tersebut.

"Apa kau sudah menerima pesanku?"

Tidak ada salam atau basa-basi, pria Song itu tidak pernah gagal membuat suasana hati So Hyun memburuk.

"Aku belum membacanya," aku So Hyun jujur.

"Itu karena kau terlalu sibuk melamun di depan mini market."

So Hyun spontan memeriksa sekelilingnya—kiri dan kanan. Tidak ada Song Kang. Namun, kenapa pria itu tahu yang ia lakukan sekarang?

ORACLE (END)Where stories live. Discover now