LOLIPOP 01✔️

549 59 24
                                    

NOTE : CHAPTER YANG ADA TANDA CEKLIS SUDAH DI REVISI. SELAMAT MEMBACA.

Caps Lock jebol ;)

Happy Reading guys :*

Jangan lupa sebelum baca, budidayakan pencet tombol bintangnya ya.

LOLIPOP ACHA POV

Setiap weekend aku pergi ke rumah sahabat kecilku, Muhammad Sastria Prasaja — namanya. Di rumahnya itu adalah tempat sumber makanan yang paling enak. Dari dulu aku menyukai masakan Bunda Adin — Ibunda Aya, di tambah lagi Bunda Adin juga orang yang ramah banget dengan siapapun.

Aku duduk di salah satu sofa di ruang tamu rumah Aya, aku menunggu dia bangun. Tapi sudah satu jam aku di sana, cemilan yang tadinya satu toples penuh, kini sudah hampir habis aku makan.

"Bun, Aya kok lama banget sih bangunnya?" tanyaku pada Bunda Adin yang lewat di belakangku untuk keluar rumah membuang sampah.

Bunda Adin menoleh ke atas, "Nggak tahu tu anak, mungkin tadi malam dia begadang. Cek aja ke kamarnya," ucap Bunda Adin, sebelum pergi keluar rumah. Aku melihat ke atas, pintu kamar Aya memang masih tertutup rapat, belum ada tanda-tanda pemiliknya untuk keluar menampakkan dirinya.

Aku memutuskan untuk ke kamar Aya, toples yang ada di pangkuanku, aku singkirkan dan meletakkan di atas meja. Saat aku di pertengahan jalan menuju ke kamar Aya, Bunda Adin memanggilku dari luar.

"Cha!" panggil Bunda dengan sedikit berteriak.

"Bunda titip rumah sama Aya bentar ya. Soalnya mau ke pasar," ujar Bunda di ambang pintu.

"Oke Bunda, hati-hati," sahutku dengan sedikit teriak melambaikan tangan ke arah Bunda.

Aku membuka pintu coklat yang berada di depanku, "Nggak di kunci," gumamku masuk ke dalam kamar itu.

"Dasar Aya kebo, tidur aja kerjaannya." Aku melihat Aya yang masih tertidur nyenyak dengan posisi membelakangi aku, memeluk bantal guling kesayangannya.

Sekarang sudah jam 11 siang, dan Aya masih bergulik di alam mimpinya, bagaimana dia mau menjadi calon imamku? jika dirinya masih belum bisa bangun pagi.

Aku berjalan masuk semakin dalam ke kamar Aya. Melihat sahabat kecilku tidur dengan pulas, satu ide terlintas di otakku untuk mengerjai Aya. Aku berlari ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar Aya, mengambil gayung dan kuisikan dengan air. Aku berjalan keluar kamar mandi dengan hati-hati supaya air di dalam gayung tersebut tidak tumpah membasahi lantai kamar Aya. Sebelum aku menuangkan air itu di mukanya Aya, aku sudah tertawa duluan, sudah terbayang terlebih dahulu muka khoyol seorang Aya.

"Aduh Acha, udah dong ketawanya, nanti Aya bangun. Kan nggak jadi lihat muka jeleknya," ucapku pada diri sendiri untuk segera tenang.

"Suit." Siulan di belakang membuat aku kaget. Aku melihat ke arah belakang, ternyata Bunda Adin, Ibu nya Aya sudah berdiri di ambang pintu. Aku tersenyum malu, Bunda menggeleng-gelengkan kepalanya dan memberi kedua jempolnya, aku membalas dengan satu jempol ke arah Bunda. Aku melihat Bunda pergi dari sana, saat Bunda sudah turun ke bawah, aku memulai aksiku.

1...2...3...

Byur, hahahaha.

"Hujan... hujan.. hujan..." Aku meletakkan gayung itu ke sembarang tempat tidur Aya, berjalan ke arah sofa sambil menahan sakit perut akibat melihat muka konyol Aya. Satu jepretan berhasil aku dapatkan.

"Bangsat lo, basah kan tempat tidur gue," omel Aya di tempat tidurnya, ia berdiri dan langsung menarik handuk disampingnya. Aya pergi ke kamar mandi dan melewati aku begitu saja.

Sepertinya akan ada peperangan di rumah ini.

Aku memandang Aya dengan menaikan satu alisku. Aku yakin Aya pasti marah besar sama aku, tapi sudahlah membujuk Aya itu adalah hal yang paling mudah bagiku.

LOLIPOP [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora