Mungkin.

***

"Benarkah? Apa aku benar-benar boleh mendapatkan asisten?"

Iris kecil Seong Youn membola. Meski demikian, tetap saja terlihat kecil, seiras dengan wajahnya yang berahang tegas. Terkadang mata kecilnya memberi kesan tajam pada tatapannya. Di sisi lain, bisa menggemaskan.

"Tentu. Pekerjaanmu juga sudah terlalu banyak. Jadi, atasan sudah setuju dan kau diperbolehkan merekrut So Hyun untuk membantumu."

Tangan Seong Youn mengepal. Bentuk rasa senang dan semangat, bercampur aduk. Kabar yang sudah pasti tak sabar ingin diberitahukan pada So Hyun.

Pria Cho itu lekas mengambil ponselnya. Tadinya ia berpikir untuk segera menghubungi So Hyun, tapi gerak jemarinya terhenti. Ia mengurungkan niatnya. Dibandingkan memberi kabar lewat telepon, menurutnya akan lebih baik jika ia bertemu langsung. Ekspresi So Hyun yang bahagia tercetak di bayangannya. Akan sangat berharga bila bisa disaksikannya langsung.

"PD-nim, apa boleh aku permisi sebentar?"

"Tentu saja. Kau pasti ingin bertemu dengan So Hyun, 'kan? Sampaikan juga ucapan selamat bergabung dariku."

Seong Youn tertawa. Ia bahagia sekarang. Benar-benar bahagia. Langkahnya terkesan buru-buru saat ia hanya membawa jaketnya untuk keluar.

Sementara itu, masih bertahan di kafe yang dipilihkan Song Kang, So Hyun gugup. Bagaimana tidak, sedari tadi terdengar hanya Song Kang yang mendominasi. Sementara So Hyun, ingin lekas pergi, menghindar dari pria yang nantinya menjadi rekan kerjanya.

"Apa perkataanku masih kurang meyakinkanmu? Coba ingat lagi, apa aku pernah bercanda jika membahas tentang perasaan?"

Entah, haruskah ia percaya pada Song Kang? Dipikir berapa kali pun, sangat tidak masuk akal kalau cinta itu masih ada. Terlebih, Song Kang dan So Hyun, mereka hidup di dunia yang berbeda. Song Kang dikelilingi banyak orang yang mengaguminya. Tidak sebanding dengan So Hyun yang berjuang keras meyakinkan orang di sekitarnya.

Ditambah lagi, kepercayaan diri So Hyun tidak sama seperti dulu. Sama halnya dengan rasa suka Song Kang, ia pun tak ingin percaya hal itu masih ada.

"Kau pasti salah. Kau bukan tertarik padaku, tapi tertarik dengan pertemuan kita. Bertemu dengan mantan pacar yang akan menjadi rekan kerjamu kelak, kau merasa tidak nyaman."

Song Kang masih menahan emosinya. Ia tidak ingin kentara terlihat sedang memaksakan diri. Kalau bukan karena kata peramal, pria Song itu juga enggan membuang waktunya. Apalagi bila mendengar ocehan wanita Kim yang terdengar seperti sedang menceramahinya.

Lagi pula, ia masih tidak terima alasan wanita Kim itu dulu pernah membuangnya.

Lelah? Cih ... alasan itu bahkan tidak masuk akal. Dipikir berapa kali pun, Song Kang bersikeras itu hanya alasan yang terkesan mengada-ada.

"Kalau begitu, sampai kau yakin dengan ucapanku, bagaimana kalau kita mulai lagi dari tahap berteman? Kita mulai semuanya dari awal."

So Hyun heran. Song Kang begitu keras kepala. Sangat menuntut agar ia membalas perasaan yang jelas masih samar.

"Aku-"

ORACLE (END)Where stories live. Discover now