"Jadi kau tidak akan pulang ke Busan minggu ini?" Seung Youn membuka konversasi.

Awalnya So Hyun sedikit ragu. Namun, keputusannya tetap sama. Terjawab dari kepalanya yang menggeleng. "Karena proses reading naskah masih dilakukan dua bulan lagi, mungkin aku akan mencari pekerjaan tambahan untuk mengisi waktu liburku," ungkap So Hyun.

Kekurangan sebagai asisten, bisa dibilang kesibukan So Hyun tergantung pada rencana penggarapan film. Seperti sekarang, So Hyun datang hari ini bukan karena alasan pekerjaan, melainkan karena permintaan dari Sutradara Hwang. Selebihnya, ia hanya akan bekerja dua sampai tiga kali seminggu. Ikut membantu pengerjaan recording reality show atau drama. Dengan catatan, itu pun kalau ia dipanggil.

Berbeda dengan Seung Youn, yang bertugas di bidang penataan suara. Selain ia merupakan pekerja tetap di gedung penyiaran tempat So Hyun bekerja, Seong Youn memang memiliki kemampuan mumpuni di bidang tersebut. Beberapa stasiun penyiaran bahkan mendekati dan menawarkan tawaran kerja menggiurkan untuk pria Cho tersebut. Meninggalkan ia-So Hyun-dengan karirnya yang tidak mendekati kepastian.

Seong Youn menatap sendu ke arah So Hyun. Ia tahu bagaimana kerasnya So Hyun berjuang hingga sekarang. Sejujurnya sejak kuliah, Seong Youn sudah menaruh kagum pada So Hyun. Melihat gadis itu tidak mengeluh dan tetap menaruh harapan besar pada mimpinya, Seong Youn ingin memahami kondisi gadis Kim tersebut.

"Jangan mengasihaniku. Aku baik-baik saja." So Hyun seperti menebak isi kepala Seung Youn. "Lihat, busnya sudah datang! Aku pulang dulu."

Seung Youn masih berdiri di halte. Tangannya melambai pada gadis yang mengambil duduk tepat di samping jendela. Begitulah keduanya berpisah malam ini. Sebuah senyum mengantarkan kepergian So Hyun, seturut ia berharap gadis itu tetap bersemangat.

***

Masih tersisa beberapa langkah lagi sebelum ia tiba di depan rumah susun yang dia tinggali. Sesekali menunduk dan menendang kerikil yang menjengkali langkahnya. Suasana hatinya bercampur aduk. Bisa dibilang sudah buruk semenjak pagi. Ditambah dengan banyaknya waktu kosong untuk dua bulan ke depan, malam ini So Hyun harus memikirkan rencana cadangan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Jadi, di sini tempat tinggalmu?"

So Hyun sontak memutar tubuh. Dari reaksinya, mudah sekali membaca bahwa ia terperanjat kala menemukan Song Kang terus berjalan mendekati. Pikiran So Hyun berputar cepat 'tuk menemukan jawaban bagaimana bisa pria Song itu bisa menemukan ia di sini?

"Anyyeong, Kim So Hyun. Kita berjumpa lagi."

Telapak lebar terangkat memberi salam. Belum lagi senyumnya yang seakan mencibir. Benar-benar sifat Song Kang yang ia kenal. Sama seperti dulu.

"K-k-kau? Sedang apa di sini?"

"Aku? Tentu saja aku mengikutimu."

Jawaban yang sama sekali tidak diharapkan So Hyun. Mungkin saja dia salah dengar. Atau ini sekedar lelucon pria Song itu. Ya, pria itu sangat menyebalkan. So Hyun yakin Song Kang hanya ingin mengganggunya.

"Sama sekali tidak lucu. Aku pergi dulu." So Hyun mengambil langkah sigap untuk kabur.

"Tunggu!"

Sayang, pergerakannya tidak secepat Song Kang yang terlanjur menangkap lengannya. Menghalangi ia untuk berlari atau kabur. Terserah apa namanya. Ia hanya tidak ingin berjumpa dengan Song Kang lebih lama.

"Ponselmu. Mana ponselmu?"

Dahi So Hyun mengernyit. Dugaannya pria di depannya ini sedang mabuk, atau sedang berhalusinasi. Lucu saja. Tidak ada satu pun pembicaraan Song Kang yang sejak tadi dimengertinya.

"Ponsel? Kenapa dengan ponselku?" So Hyun spontan merogoh saku di jaketnya. Memastikan ponselnya masih berada di tempat yang sama; tempat ia menyimpan.

"Yak!"

Sikap Song Kang sama sekali tidak bisa ditebak. Ia merogoh saku jaket So Hyun. Melakukan tindakan yang belum disetujui So Hyun selaku si pemilik ponsel.

"Daebak. Password-mu bahkan masih sama seperti dulu. Apa kau tidak pernah mengganti kata sandimu?"

Sudah bisa dipastikan, Song Kang adalah mantan yang ingin ia hapus dalam list hidupnya. Pria yang masih suka berbuat dan berbicara sesuka hatinya. Sangat kekanakkan.

"Ini!"

Sebelum emosinya meledak, beruntung ponsel miliknya telah dikembalikan. Song Kang, bisa-bisanya memasang wajah polos-tak berdosa, sementara ia merasa dongkol.

"Aku sudah menyimpan nomorku di sana. Begitu juga nomormu, Asisten Kim."

Satu kedipan mata tak membuat So Hyun luluh. Ia tak merasa membutuhkan nomor Song Kang. Tunggu tiba di rumah, So Hyun memastikan jejak pria Song itu tidak akan ada lagi di benda miliknya.

"Kalau kau menghapus nomorku, maka aku setiap hari akan menemuimu. Kau tahu aku tidak sedang menakutimu, 'kan? Aku serius ingin mengajakmu makan siang."

Tidak ada jawaban dari So Hyun dengan deru napasnya yang mulai berantakan.

"Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai berjumpa lagi, Kim So Hyun-ssi."

Habis sudah kata yang layak menggambarkan sifat tidak malu pria Song tersebut. Bukan hanya bisa membaca pikirannya, Song Kang, pria itu hadir bak badai dalam hidupnya. Hidupnya yang sekarang ini saja sudah cukup kacau. Apa masih perlu ditambah dengan kehadiran pria yang pernah memiliki kenangan dengannya?

"Akh!" Untuk kesekian kalinya, hanya rambut panjang miliknya sendiri menjadi pelampiasan untuk kekesalan yang membuncah.

**

To be continued

ORACLE (END)Where stories live. Discover now