(30) Jelas

41 8 0
                                    

Mar melakukan aktraksi pecah kaca, hanya untuk menakut-nakuti penghuni kelas, mengosongkan ruangan demi menyelamatkan Izal dan Tesya. Namun, sayangnya aku dan Syafira malah kembali dan melihat kejadian itu. Mar tidak ingin aku melihat adegan yang bisa membuatku lebih salah paham lagi. Akhirnya ia membawa Izal ke rumahnya dan membereskannya di sana, demi menyelamatkan jiwa Izal yang terjebak di masa depan karena salah mengambil keputusan.

Izal bercerita, ia memilih pilihan yang tidak sesuai dengan jati dirinya, hingga jiwanya tidak kunjung kembali, alias terjebak di masa depan. Di antara dua pilihan si Bayangan yakni, 'hidup untuk balas dendam,' atau 'mati dengan tenang,' ia malah memilih hidup untuk balas dendam, sehingga jiwanya bergentayangan di masa depan sambil menghantuiku.

Untungnya, berkat pedang milik Mar, jiwa Izal yang bergentayangan di masa depan bisa ditarik kembali ke dunia ini. Izal merasa sangat bersyukur karena telah ditolong olehnya.

Jahatnya diriku yang menyangka bahwa Izal telah diculik. Itu juga alasan mengapa Mar menangis di hadapanku, ia menyesal telah memperlihatkan adegan yang sangat tidak pantas untuk dilihat. Tentu saja waktu itu aku salah paham dan marah kepadanya, setelah pergi begitu saja tanpa penjelasan dan hanya membuat bekas yang tidak bisa kumaafkan.

Namun, ternyata aku salah, "Jadi, sebenarnya kamu itu pahlawanku?" Entah untuk menghiburnya atau aku salah bicara, tak sadar aku telah memujinya di depan yang lain. Aku tidak menyangka perubahan suasana akan secepat ini, kini suasana menjadi tenang dan hangat setelah ada penjelasannya.

Berapa kali aku dibuat malu olehnya, padahal justru aku yang harus meminta maaf. Selain telah menuduhnya, aku juga telah memukulinya hingga penggaris patah. Namun, Mar tidak merasa ada yang harus dimaafkan, lagi pula ia tidak tergores sedikit pun–betapa kuat fisiknya. Aku tak menyangka bahwa ia tidak keberatan jika harus menerima semua ini, bahkan ia merasa bersyukur. Ia merasa bahwa berkatnya, aku berhasil mengurangi tekanan yang kurasakan, karena katanya korban yang sesungguhnya di sini adalah aku. Ia juga menganggap semua pukulanku adalah sebagai balasan karena telah membiarkan si Bayangan mengacau lagi.

Oh tidak, ia ternyata begitu baik!

"Tunggu! Kok bisa kaca jendela itu utuh kembali?" tanyaku menunjuk ke pojok atas. "Jangan bilang kalau si kadal itu bisa mengembalikan waktu keadaan benda jadi semula dengan teknologinya?"

"Nggak lah. Aku udah nyiapin kaca cadangan dan nyuruh Okanois untuk masang kembali dan ngeberesin pecahan kacanya. Aku nyiapin itu, ya jaga-jaga kalau semuanya udah di luar kendali," jawab Mar. "Aku nggak mau orang lain lebih dari kita ini ikut campur."

"Gara-gara kadal itu, gue sekelas dihukum tahu nggak!" sentak Sasa yang lebih mengingat akan hukuman kemarin.

"Sebenernya kadal itu makhluk apa?" tanya Izal.

"Kadal itu namanya Orkanois, dan bisa disebut alien," jawab Mar. "Ya, banyak kisah terjadi dan mungkin aku harus buat novel sendiri buat ngejelasin semuanya, hehe."

"Kalau kadal itu nggak akan nyerang gue dan si Fia ini ternyata bohong," Sasa berdiri dan bertanya, "Jadi, hubungan gue diem di sini apaan?"

"Aku nggak bohong soal jiwa kamu nanti terancam! Sama kayak kita! Jiwa kamu bakal mengarungi masa depan terburuk di hidup kamu, Sa!" sanggahku. "Tapi, kalau bagian kadalnya emang bohong, maaf. Akal-akalanku aja biar kamu mau ke sini."

Singkat cerita, pertemuan tak disengaja itu telah selesai meluruskan dan menjelaskan kejadian yang membingungkan ini. Walau banyak debat, nada tinggi, kebingungan, ketakutan, kecemasan, dan melibatkan perasaan lainnya yang saling bercampur, pertemuan itu akhirnya selesai tepat setelah salah satu murid kelas lainnya datang pukul 06.15 pagi dengan wajah kebingungan melihat kita berkumpul pagi sekali.

Gelembung Waktu (END)Where stories live. Discover now