(25) Gemuruh

42 9 0
                                    

Hari berlalu. Aku melihat gerak-gerik Syafira yang sedang memperhatikan Izal, menandakan bahwa Syafira menjadi kian tertarik terhadapnya.

"Aku tahu banyak kejadian buruk nantinya. Tapi, aku lebih seneng berpikiran positif dan akan menikah," ujar Syafira.

Sedangkan di sini aku mulai merasakan keanehan lain, yakni Izal yang bertingkah tidak seperti biasanya. Biasanya ia sering jalan-jalan dan mengobrol sana-sini dengan teman-teman di kelas. Tetapi sekarang ini, ia hanya duduk di bangkunya yang berada di posisi baris kedua paling tengah, sama halnya dengan Tesya. Hari ini perilaku mereka berdua tampak berbeda.

Selama berlangsungnya jam pelajaran, aku tidak bisa menjangkau mereka untuk bertanya tentang keadaannya. Aku pun semakin yakin, jika mereka sedang diawasi oleh si Bayangan, ketika perlahan mereka mulai menurunkan kepala dan menempelkan pipi di atas meja.

Jam istirahat kedua tiba. Hari itu, langit tidak menerangi siang seperti biasanya, melainkan diselimuti oleh awan yang ingin segera mengeluarkan air hujan dari tubuhnya. Suasana mendung ini membuat perasaanku kurang nyaman. Terlebih ketika waktu jam 12.00 telah tiba, aku semakin dibuat waspada olehnya. Karena itu adalah waktu yang sering dipakai si Bayangan beraksi.

Akan tetapi, kaki ini terus menghentakkan lantai berulang kali. Ah, aku rasa menahan buang air kecil juga tidak baik. Kala itu aku benar-benar kebelet dan menyuruh agar Syafira mengawasi kelas dan mencegah agar orang lain duduk di bangku Mar. Terutama aku menyuruhnya agar terus memperhatikan Tesya dan Izal.

Ketika keluar ruangan, gemercik merdu terdengar sebagai tanda hujan telah turun. Setelah selesai berurusan dengan toilet, lalu kembali ke kelas dan membuka pintu, waktu terasa berhenti dan penglihatanku menghitam sesaat. Tiba-tiba ketika aku membuka mata, aku kembali lagi ke tempat yang penuh gelembung ingatan itu. Ternyata firasatku benar mengenai si Bayangan yang akan terus melakukan aksinya. Setelah semua yang kualami, aku menjadi lebih tenang walau perasaan dan jiwaku sulit terkendali. Aku sangat terkejut ketika mengetahui bahwa korban selanjutnya adalah seorang laki-laki, yakni Izal. Aku pikir hanya perempuan saja yang menjadi korban, ternyata tidak.

Aku mulai melihat kenangan-kenangan yang dimiliki oleh Izal. Namun, untuk kali ini, aku tidak mau mengintip ingatan seseorang dan menutup mata dan telingaku, terlebih Izal adalah laki-laki. Mungkin yang sanggup untuk aku lihat hanya gelembung besar yang menunjukkan penglihatannya sekarang ini, dan semua penglihatannya menunjukkan pola yang sama, yaitu berjalan menuju pohon besar di belakang sekolah dan memulai semuanya di sana ketika gelembung yang besar ini mulai menghitam.

Selain itu, aku dibuat terkejut ketika melihat diriku sendiri di seberang kanan, sedang memperhatikan gelembung-gelembung ingatan milik Tesya. Kejadian yang membingungkan, seolah aku melihat diri sendiri dalam cermin, tapi refleksi diriku ini mempunyai pikirannya sendiri.

Aku yang di seberang kanan itu menoleh ke arahku dan berteriak, "Gelembung milik Tesya yang paling besar sudah menghitam!" Itulah kira-kira apa yang diucapkan dari gerakkan mulutnya. Karena suara apa pun di tempat ini akan senyap dan tentunya teriakkannya tidak terdengar.

Ini adalah kejadian yang tidak terduga, aku tidak menyangka bahwa si Bayangan akan membawa dua orang sekaligus dalam permainannya. Seperti diriku terbagi dua untuk menyaksikan bagaimana awal perjalanan mereka.

"Apakah semua ini adalah ulahmu, Bayangan? Apakah semua ini agar aku menjadi saksi atas semua perjalanan korbanmu selanjutnya, hah? Jangan-jangan, ketika ada yang mengarungi waktu, aku akan terus berada di tempat ini? Kalau begini caranya, bagaimana aku bisa menyelamatkan mereka? Apa maksud dari semua ini?"

Gawat, hampir saja aku hilang kendali atas perasaanku. Aku segera sadarkan diri dan berusaha terus mengambil alih perasaan yang mulai lepas kendali. Aku tidak boleh begini, aku harus terus berpikiran jernih demi menyelamatkan mereka. Jujur, jika diam di tempat ini perasaan benar-benar akan sulit untuk dikendalikan.

Gelembung Waktu (END)Where stories live. Discover now