(12) Dokumentasi

84 12 0
                                    

Mata ini lengket untuk dibuka, sudah berapa lama kira-kira aku tertidur? Setelah sepenuhnya mata ini terbuka, ternyata aku masih di kamar Laila. Terdengar bunyi nada dering pesan di pinggir kepala, itu adalah pesan dari Ayah Laila yang mengatakan bahwa beliau tidak bisa pulang ke rumah hingga nanti hari Sabtu. Ternyata tubuh ini sudah tertidur dua hari dua malam setelah aku melihat tanggal bahwa hari ini adalah hari Jumat.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Mungkin untuk saat ini aku hanya harus bersikap seperti biasa menggantikan peran Laila, pasti teman-teman dan gurunya khawatir karena sudah dua hari Laila tak kunjung bersekolah. Aku bangun dari ranjang, tetapi tiba-tiba aku terjatuh sebelum mencoba untuk berdiri. Tubuh ini terasa berat bagiku, aku kesulitan untuk bernapas, dan merasakan sakit di sekujur tubuh ini. Aku dibantu berdiri oleh tangan-tangan yang keluar dari lantai ke atas ranjang, setalah beristirahat beberapa saat dan meminta saran kesehatan dari smartphone, tubuh ini kembali normal. Namun, anehnya smartphone tidak mendeteksi adanya penyakit atau gangguan dalam tubuh ini. Kala itu aku tidak terlalu memikirkannya dan mulai beraktivitas sebagaimana mestinya.

Berjalan kaki dari rumah ke sekolah, bertemu dengan teman-teman di jalan, memulai pelajaran, istirahat dan lanjut belajar lagi, merupakan pola yang terulang-ulang. Mungkin bagi kebanyakan orang, ini adalah hal yang membosankan. Tetapi bagiku, ini adalah hal yang sangat aku impikan sejak dulu. Kehidupan tenang dan damai tanpa adanya pertikaian. Dunia ini memang sangat ideal, membuatku betah hidup di sini.

"Ah, sepertinya kehidupanku ini adalah keputusanku." Aku benar-benar terlena di kehidupan ini. Tetapi ...

Aku menampar diriku sendiri sekencang-kencangnya di perjalanan pulang sekolah, orang-orang menatapku dengan tatapan aneh. Tangan ini bergerak dengan sendirinya, mungkin mencoba menyadarkan diri sendiri. Saking kesepiannya, orang yang memperingatiku adalah diriku sendiri. Tubuh ini sangatlah lemas, tetapi kupaksakan untuk berlari dan terus berlari sambil berteriak tidak karuan di sepanjang jalan.

Padahal aku tidak ingin menangis, tetapi mengapa butiran bening terus keluar dari mata ini? Mengapa saat-saat damai itu hanya sementara? Hatiku mulai tidak karuan. Aku tidak bisa menentukan perasaan apa yang kurasa saat ini. Mungkin marah, sedih, senang, khawatir atau menderita, aku tidak tahu. Aku berlari sangat kencang hingga tersandung dan terjatuh di pinggiran sungai, di saat itu kesadaranku mulai memudar.

Aku kembali ke mimpi itu. "Fia, kamu tidak sendiri! Bahkan di masa ini kamu tidak sendiri. Yang menamparmu tadi adalah tanganku! Air mata tadi juga merupakan air mataku! Teriakkan itu merupakan teriakanku! Dan tubuh yang lemah itu, adalah tubuhku," ucap Laila yang akhirnya muncul dalam mimpi kali ini.

Ternyata Laila berusaha menyadarkanku, walau keberadaan jiwanya menipis. "Semua yang dikatakan oleh si Bayangan memang benar," ucapnya.

"Maksudmu?" tanyaku.

"Semuanya akan jelas, jika kamu melihat video dokumenter dari ibuku. Maaf aku diam mengenai masalah ini, karena mengingat video itu sangatlah rahasia. Namun, Fia pantas untuk melihatnya. Video itu tersembunyi di balik tulisan ibuku di kertas. Jika kertas itu di arahkan ke lampu di kamarku selama dua menit, tulisan-tulisan itu akan bergerak dan membentuk sebuah–" Penjelasannya terputus karena aku sudah terbangun.

Aku terbangun di atas kasur rumah sakit, aku dibawa ke sini oleh teman-teman di sekitar sana yang terkejut kala melihat Laila yang di dalamnya adalah diriku pingsan di pinggiran sungai. Dokter mengatakan bahwa tubuh ini baik-baik saja dan ia mempersilakanku pulang. Aku langsung bergegas pulang demi mencari tahu kebenarannya secepat mungkin.

Singkat cerita aku sudah tiba di rumah pukul sembilan malam, dan aku bergegas mencari kertas yang Laila maksud. Aku mencarinya ke sekeliling rumah, mulai dari kamar, ruang tamu, bahkan kamar mandi. Bertanya ke rumah pintar sekalipun, aku belum menemukannya sama sekali. Aku duduk di ranjang dan mencoba untuk mengingat di mana Laila meletakkan kertas itu. Yang aku ingat hanyalah saat di mana ia membacanya, bukan menyimpannya. Sehingga aku menyadari sesuatu, bahwa tulisan itu terletak di kalung yang ia pakai.

Gelembung Waktu (END)Where stories live. Discover now