(15) Pengamat

80 10 0
                                    

Dalam sebuah kisah, pasti ada pemaparan tempat, waktu dan bagaimana keadaan di ceritanya. Kejadian di mana aku kehilangan teman di masa depan bernama Laila, yang memberikan banyak sekali pelajaran dalam hidupku itu berlangsung ketika aku berada di kelas X SMA. Kisahku tentang melompati masa depan adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidupku, yang paling di luar nalar manusia dan yang paling sulit untuk aku jelaskan kepada orang lain. Walau selama ini aku memutuskan untuk diam saja tanpa memberi tahu siapa pun. Memendam rasa sedih sendirian ketika kehilangan orang yang disayangi itu memang menyakitkan.

Namun, rasa sakit itu telah diredakan oleh waktu. Hingga kini, aku berada di tingkat teratas SMA, yakni kelas XII, dengan suasana hangat seperti biasa.

Kisah ini masih bermain dalam pikiranku. Di kelas XII aku duduk di bangku paling belakang, bangku yang sangat strategis bagi orang sepertiku. Bukannya aku menolak untuk bersosialisasi atau berinteraksi lebih dalam dengan teman-teman sekelas, hanya saja aku lebih suka berada di belakang layar dan menyaksikan bagaimana kehidupan ini berlangsung.

Hasil pengamatan yang aku dapatkan dari teman-teman sekelasku yang jumlahnya sebanyak 23 orang itu, bisa kukategorikan menjadi empat golongan: Si Ideal, si Santai, si Sombong, dan si Misterius.

Pertama adalah si Ideal, golongan rajin dan pintar. Terdiri dari orang-orang yang selalu datang paling pagi dengan PR yang sudah selesai, menanti untuk dinilai oleh guru. Tugas-tugas yang selalu selesai tepat pada waktunya, selalu mengincar posisi nilai teratas, dan bahkan mereka stres jika hanya mendapatkan nilai ulangan hanya 90, ketika kebanyakan orang justru sudah sangat bersyukur walau hanya mendapatkan nilai 70.

Orang tipe ini biasanya selalu berpikir untuk menjadi terdepan, mengikuti setiap aturan sekolah, dan menjadi murid kesayangan guru. Bahkan mereka rela-rela saja menjadi 'pembantu' guru atau selalu ikut serta dalam kegiatan OSIS dan Pramuka. Walau tipe ini kadang juga menjadi musuh bagi seluruh siswa.

Bagi si Ideal ini, kesempurnaan nilai dan pengakuan dari orang lain–terutama guru adalah motivasi terbesarnya untuk menjadi panutan di masyarakat nanti. Selalu menghindari pelanggaran karena tahu hal-hal yang melanggar adalah salah, dan tidak mau mengambil risiko untuk mengalami masa muda yang bebas, yang katanya menyenangkan, yang katanya ada sensasi tersendiri ketika masa muda dihabiskan dengan melanggar aturan. Bagi kebanyakan orang, tipe ini dianggap sebagai orang kaku dan kurang asyik. Namun, percayalah, mereka sangat menikmati menjalani gaya hidup remaja yang seperti itu.

Salah satu dari orang-orang tersebut adalah Syafira sahabatku, yang selalu menjadi sasaran empuk untuk dijadikan 'samsak' ketika ia mengingatkan guru tentang PR yang hampir seluruh siswa belum mengerjakannya. Hanya ia seorang yang sudah selesai saking rajinnya. Ketika pelajaran sudah hampir selesai, dan ibu guru paruh baya bernama Bu Nita sebagai guru matematika lupa akan PR yang seharusnya dikumpulkan hari ini. Semua murid bersyukur akan hal itu. Sayangnya, Syafira malah mengingatkan.

"Bu Nita, PR Matematika halaman 76 nggak diperiksa?" tanya Syafira terhadap guru Matematika yang terkenal sangat jutek dan 'killer', bahkan rumornya guru yang satu ini bisa membuat para siswanya muntah darah.

"Oh iya, Ibu lupa. Coba kumpulkan tugasnya!" jawab bu Nita. "Yang nggak ngerjain, siap-siap ketemu Ibu di lapang jam 12 siang."

Sontak seluruh ruangan hening, dipenuhi dengan tatapan tajam para siswa-siswi terhadap Syafira yang duduk paling depan dan paling dekat dengan meja guru.

Tesya menyadari ini akan menjadi medan pertumpahan darah jika ketahuan hanya Syafira saja yang mengumpulkan PR. Hingga ia berimprovisasi dengan berkata, "Bu! Ibu duluan aja. Biar saya yang kumpulin dan bawa bukunya ke meja Ibu. Bukunya kan banyak, saya nggak mau Ibu kerepotan."

Gelembung Waktu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang